Pada tahun 1980-an, angka kejahatan di Indonesia begitu tinggi, khususnya di daerah Jakarta dan Jawa Tengah. Pemerintah Orde Baru pada saat itu melakukan operasi rahasia agar kasus kejahatan diturunkan.
Mereka menangkap dan membunuh para preman, perampok, gali, atau orang-orang yang dianggap mengganggu ketentraman masyarakat. Sempat mendapat penghargaan dari Presiden Soeharto karena terbukti efektif dalam menurunkan kasus kejahatan, operasi ini menciptakan kontroversi karena banyak pelaku yang mati ditembak.
Pada tahun 1983 misalnya, ada 532 orang tewas karena tembakan. Peristiwa petrus di Yogyakarta bermula saat Komandan Kodim Yogyakarta, Letkol M Hasbi melancarkan operasi pemberantasan kejahatan (OPK) yang awalnya diklaim hanya untuk pendataan para pelaku kriminal. Namun ternyata pendataan itu berubah menjadi proses penangkapan secara semena-mena.
Rata-rata dari mereka mengalami luka tembak mematikan di bagian kepala dan beberapa di bagian leher. Bahkan, beberapa dari mereka adalah tokoh gali yang terkenal di kalangan masyarakat Yogyakarta.
Operasi Petrus nampaknya menjadi sejarah perjalanan premanisme yang terjadi di DIY. Dikutip dari akun Facebook Jogja Rikala Semana OPERASI PETRUS DI YOGYAKARTA yang menyadur dari majalah Angkasa Edisi Koleksi - The World’s Most Shocking Covert Operations (Delapan operasi terselubung paling menggegerkan) / Koleksi No.75 / September / Tahun 2011, Petrus memang ada.
Pada tahun 1980-an, suasana kota Yogyakarta cukup mencekam. Para preman yang selama itu dikenal sebagai gabungan anak liar (gali) dan menguasai beberapa wilayah dibuat resah.
Editor : Stefanus Dile Payong