Calon Denjaka ditempa di tengah ombak ganas di Laut Banyuwangi, yang kerap menghanyutkan perahu nelayan. Dengan tangan dan kaki diikat, para prajurit tersebut dibuang ke laut ganas itu. Mereka harus mampu bertahan sekaligus menyelamatkan diri.
Kenapa ditempa dengan latihan yang keras? Jika sewaktu-waktu prajurit trimedia (menguasai medan darat, laut, dan udara) itu dibuang ke laut dalam keadaan tangan dan kaki terikat oleh musuh, mereka akan mampu menyelamatkan diri.
Setelah melawan ombak besar di laut, mereka juga dituntut bertahan hidup di hutan tanpa perbekalan sedikit pun. Bayangkan mereka hanya dibekali garam saja. Air minum pun tidak diperkenankan dibawa. Mereka dituntut memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia di hutan. Di dalam hutan, mereka dilepas untuk melatih ketahanan fisik dan kemampuan per orangan dalam waktu berhari-hari.
Tak jarang mereka harus memakan binatang liar untuk bertahan hidup, seperti ular, monyet, dan lain sebagainya. Untuk latihan udara, mereka bukan lagi dilatih terjun tempur seperti prajurit biasa. Jika dalam terjun tempur, payung sudah terbuka ketika keluar dari pintu pesawat, prajurut Denjaka dilatih terjun bebas.
Latihan terjun bebas itu tidak hanya dilakukan siang hari tapi juga tengah malam. Dengan begitu, bila sewaktu-waktu masuk ke sasaran musuh, mereka tidak harus lewat darat atau laut yang mudah dideteksi lawan. Para Denjaka juga bisa diturunkan dari pesawat dengan ketinggian yang sulit terdeteksi musuh. Pola rekrutmen Denjaka dimulai sejak pendidikan para dan komando. Selangkah sebelum masuk ke Denjaka, prajurit terpilih mesti sudah berkualifikasi Intai Amfibi.
Denjaka terdiri dari satu markas zedenk detasemen, satu tim markas, satu tim teknik dan tiga tim tempur. Sebagai unsur pelaksana, prajurit Denjaka dituntut memiliki kesiapan operasional mobilitas kecepatan, kerahasiaan dan pendadakan yang tertinggi serta medan operasi yang berupa kapal-kapal, instalasi lepas pantai dan daerah pantai.
Di samping itu juga memiliki keterampilan mendekati sasaran melalui laut, bawah laut dan vertikal dari udara. Setiap prajurit Denjaka dibekali kursus penanggulangan antiteror aspek laut yang bermaterikan intelijen, taktik dan teknik antiteror, dan antisabotase, dasar-dasar spesialisasi, dan komando kelautan dan keparaan lanjutan.
Tak berhenti di situ, prajurit Denjaka juga dibekali dengan materi pemeliharaan kecakapan dan peningkatan kemampuan kemahiran kualifikasi Taifib dan Paska, pemeliharaan dan peningkatan kemampuan menembak, lari dan berenang, peningkatan kemampuan bela diri, penguasaan taktis dan teknik penetrasi rahasia, darat, laut dan udara.
Selanjutnya penguasaan taktik dan teknik untuk merebut dan menguasai instalasi di laut, kapal, pelabuhan/pangkalan dan personel yang disandera di objek vital di laut, penguasaan taktik dan teknik operasi klandestin aspek laut, pengetahuan tentang terorisme dan sabotase, penjinakan bahan peledak, dan peningkatan kemampuan survival, pelolosan diri, pengendapan, dan ketahanan interogasi.
Untuk mendukung operasi personel Denjaka dibekali antara lain submachine gun MP5, HK PSG1, Daewoo K7, senapan serbu G36, HK416, M4, Pindad ss-1, CZ-58, senapan mesin ringan Minimi M60, Daewoo K3, serta pistol Beretta, dan HK P30 dan SIG Sauer 9 mm.
Editor : Stefanus Dile Payong