Di surat kabar Sinar Selatan, ia bertemu dengan Muhammad Ibnu Sayuti atau Sayuti Melik, pemuda kelahiran Yogyakarta yang kemudian menjadi suaminya. Pernikahan keduanya berlangsung 19 Juli 1938. Sayuti Melik yang kelak pada 17 Agustus 1945 menjadi juru ketik teks Proklamasi Kemerdekaan, sama-sama sebagai penulis di Sinar Selatan. Sayuti Melik dan SK Trimurti juga sama-sama hadir dalam upacara Kemerdekaan Indonesia yang disusul pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan. Saat upacara dilangsungkan, SK Trimurti berada di depan bendera, berdiri berjajar dengan Fatmawati, istri Bung Karno. Fatmawati mengenakan baju kebaya lengkap dengan kerudung seperti lazimnya perempuan Sumatera saat itu.
Di seberang keduanya, tampak Bung Karno dan Mohammad Hatta atau Bung Hatta yang berdiri di beranda dengan posisi lebih tinggi. Bung Karno mengenakan setelan jas putih dari bahan driil. Bung Hatta juga mengenakan setelan serupa, tapi tidak berpeci. Sementara di dekat tiang bendera, Latief Hendraningrat yang didampingi Suhud Sastrokusumo menjadi pengerek bendera merah putih. Pada 19 Agustus 1945, PPKI menggelar rapat lanjutan di mana SK Trimurti terpilih sebagai anggota Komite Nasional yang tugasnya membantu presiden sebelum dibentuknya parlemen. SK Trimurti ditugasi menyebarkan kabar proklamasi kemerdekaan sekaligus mengibarkan bendera merah putih di seluruh Jawa. Tanpa pikir panjang ia menyatakan kesediaanya. Dikutip dari buku Berkibarlah Benderaku Tradisi Pengibaran Bendera Pusaka, SK Trimurti bersama kelompoknya langsung bergerak. Sebuah mobil sedan milik tentara Jepang, dicurinya dan dipakai sebagai kendaraan. Celakanya, di tengah jalan ban mobil kempes. Agar bisa tetap menggelinding SK Trimurti mengisi rongga ban dengan rumput kering. “Tetapi setelah menempuh jarak tertentu rumput di dalam ban hancur menjadi bubur, sehingga harus diganti”. Kesempatan mengganti rumput untuk mengisi ban justru dimanfaatkan SK Trimurti dan kelompoknya menyiarkan kabar Proklamasi Kemerdekaan kepada penduduk setempat. Setiap mobil berhenti dan dikerumuni orang banyak, kabar Proklamasi Kemerdekaan disiarkan. SK Trimurti juga meminta rakyat membuat bendera merah putih untuk dikibarkan.
Para pemuda didorong untuk menduduki gedung-gedung pemerintah Hindia Belanda yang ditinggalkan. Selama di Semarang, Jawa Tengah, rakyat tak henti-henti menolong dan menyambut kabar Proklamasi Kemerdekaan dengan gembira. Sontak, di mana-mana bendera merah putih berkibar. Bila ada yang dirobek dan dirampas tentara Jepang, bendera merah putih yang lain segera dikibarkan. Pada tahun 1947-1948, SK Trimurti diangkat menjadi Menteri Tenaga Kerja pertama Republik Indonesia. Pada 20 Mei 2008, SK Trimurti yang pada akhirnya berpisah dengan Sayuti Melik, wafat di usia 96 tahun. Untuk menghargai jasa-jasanya sebagai pahlawan kemerdekaan Indonesia, SK Trimurti dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Editor : Stefanus Dile Payong