get app
inews
Aa Text
Read Next : Ratusan Narapidana Lapas Kelas IIB Atambua ikut Pilkada Serentak

Mengenal Sejarah Kabupaten Belu, Wilayah Perbatasan RI–Timor Leste Sejak Zaman Kerajaan

Sabtu, 27 Desember 2025 | 12:40 WIB
header img
Kabupaten Belu, Wilayah Perbatasan RI–Timor Leste Sejak Zaman Kerajaan. Foto: Ilustrasi

BELU, iNewsBelu.id - Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), memiliki sejarah panjang sebagai wilayah strategis di Pulau Timor. Daerah yang kini dikenal sebagai kawasan perbatasan Indonesia–Timor Leste ini telah memainkan peran penting sejak masa kerajaan adat hingga era Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Nama Belu berasal dari bahasa Tetun, bélu, yang berarti sahabat atau sekutu. Penamaan ini mencerminkan kuatnya nilai persatuan dan hubungan kekerabatan antarsuku yang telah hidup dan berkembang di wilayah tersebut sejak ratusan tahun lalu.

Sebelum kedatangan bangsa Eropa, Belu merupakan wilayah yang terdiri dari sejumlah kerajaan adat atau liurai. Salah satu yang paling berpengaruh adalah Kerajaan Wehali, yang dikenal sebagai pusat kekuasaan adat dan spiritual di Pulau Timor. Selain Wehali, terdapat pula kerajaan-kerajaan lain seperti Fialaran, Dirma, Manlea, dan Lamaknen yang membentuk tatanan sosial masyarakat Belu pada masa itu.

Memasuki abad ke-16, bangsa Portugis mulai datang ke Pulau Timor untuk berdagang kayu cendana sekaligus menyebarkan agama Katolik. Pengaruh Portugis meninggalkan jejak kuat dalam kehidupan sosial dan keagamaan masyarakat Belu, yang hingga kini masih dapat ditemukan dalam tradisi dan budaya lokal.

Pada abad ke-19, Pulau Timor dibagi melalui perjanjian antara Portugis dan Belanda. Dalam pembagian tersebut, wilayah Belu masuk ke dalam kekuasaan Hindia Belanda sebagai bagian dari Timor Barat, sementara Timor Timur tetap berada di bawah administrasi Portugis.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, wilayah Belu secara resmi menjadi bagian dari NKRI. Pemerintahan daerah kemudian dibentuk, dengan Atambua ditetapkan sebagai ibu kota Kabupaten Belu.

Pada periode 1976 hingga 1999, Kabupaten Belu memiliki peran penting sebagai wilayah penyangga ketika Timor Timur bergabung dengan Indonesia. Pasca referendum tahun 1999 dan berdirinya negara Timor Leste, Belu kembali menegaskan posisinya sebagai wilayah perbatasan internasional.

Hingga kini, Kabupaten Belu menjadi salah satu daerah perbatasan strategis Indonesia dengan keberadaan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain. Kawasan ini menjadi pintu utama aktivitas lintas negara, perdagangan, serta hubungan sosial budaya antara Indonesia dan Timor Leste.

Editor : Stefanus Dile Payong

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut