KABUL, iNews.id – Taliban dikabarkan telah meminta kepada para maskapai penerbangan di Afghanistan untuk tidak mengizinkan perempuan naik pesawat pada perjalanan domestik dan internasional, jika tanpa pendamping laki-laki.
Hal tersebut diungkapkan oleh dua sumber kepada Reuters pada Minggu (27/3/2022). Pendamping laki-laki di sini maksudnya adalah mahram atau suami.
Sebelumnya, Taliban juga mundur dari komitmen mereka terkait rencana untuk membuka sekolah menengah bagi anak perempuan. Langkah tersebut dianggap sebagai perubahan yang mengejutkan bagi banyak warga Afghanistan, menuai kecaman dari lembaga kemanusiaan dan pemerintah asing.
Sebagai respons atas keputusan penguasa baru Afghanistan itu, Amerika Serikat pada Jumat (25/3/2022) membatalkan sejumlah pertemuan yang telah direncanakan dengan pejabat Taliban. Sedianya, dalam pertemuan tersebut para pihak bakal membahas mengenai masalah ekonomi utama.
Sumber yang diwawancarai Reuters mengatakan, Kementerian Amar Ma’ruf Nahi Munkar Taliban telah mengirimkan surat kepada para maskapai penerbangan pada Sabtu kemarin. Lewat surat itu, Taliban memberi tahu mereka tentang kebijakan pembatasan baru dalam perjalanan. Dinyatakan bahwa perempuan tanpa pendamping yang telah memesan tiket masih akan diizinkan melakukan perjalanan pada Minggu (27/3/2022) dan Senin (28/3/2022).
Akan tetapi, kenyataannya beberapa perempuan yang memiliki tiket sudah mulai ditolak di bandara Kabul pada Sabtu kemarin, kata sumber tersebut.
Sampai berita ini ditulis, juru bicara Kementerian Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan maupun jubir Kementerian Kebudayaan dan Informasi Taliban belum menanggapi permintaan komentar dari Reuters.
Seorang juru bicara pemerintah Taliban sebelumnya mengatakan, perempuan yang bepergian ke luar negeri untuk belajar harus ditemani oleh kerabat laki-laki. Selama menguasai Afghanistan pada periode 1996 hingga 2001, Taliban melarang perempuan memperoleh akses pendidikan, pekerjaan, ataupun meninggalkan rumah tanpa kerabat laki-laki. Namun, kini kelompok itu mengaku telah banyak berubah. Taliban mengatakan, mereka kini memberikan hak-hak perempuan sesuai dengan hukum Islam dan budaya Afghanistan.
Namun, penutupan sekolah menengah bagi para siswi bersamaan dengan beberapa pembatasan lainnya terhadap perempuan dalam hal pekerjaan dan perjalanan jarak jauh oleh Taliban, telah menuai kritik dari banyak perempuan Afghanistan dan kelompok HAM.
Editor : Stefanus Dile Payong