ATAMBUA, iNews.id - Jalan provinsi yang menghubungkan Ibukota Atambua dengan wilayah kecamatan Lamaknen di desa Raiulun kecamatan Lasiolat yang di kerjakan sejak bulan September 2021 lalu hingga kini belum juga di aspal.
Akibatnya sebagain badan jalan yang baru dikerjakan ini ambruk akibat longsor dan belm juga di perbaiki oleh pihak kontraktor sedangkan akses jalan ini akan berakhir
Epin Bau salah satu masyarakat meminta agar kontraktor pelaksana jalan Provinsi yakni Mauhalek-Weluli sepanjang 4 Km serius mengerjakan jalan tersebut. Karena kalender kerja tersisa 18 hari namun jalan tersebut belum diaspal.
"Jalan ini dikerjakan sejak 27 September 2021 lalu dan sesuai dengan kelender kerja proyek ini akan berkahir masa kerjanya pada 27 Maret 2022 mendatang. Namun hingga saat ini belum terlihat adanya pengaspalan bahkan material aspal seperti ter, kerikil dan lainnya belum terlihat di sepnjang jalan," ujarnya.
Selain itu ada tiga titik penahan jalan juga sudah ambruk dan belum ada penanganan dari kontraktor. Kami minta penahan yang ambruk itu diperbaiki karena berada pada bibir jalan utama antara Kecamatan Lasiolat ke Kecamatan Lamaknen.
"Jangan biarkan supaya terjadi korban kecelakaan," ungkapnya.
Sebagai masyarakat kami sangat menyayangkan ini. Karena di papan anggaran tertera angka Rp 7,4 miliar. Artinya anggaran untuk rehabilitasi jalan ini tidak sedikit jumlahnya. Karena itu, tolong dikerjakan cepat hingga tuntas agar masyarakat yang melintasi jalan ini bisa tenang tanpa khawatirkan ambruknya penahan jalan.
Kontraktor harus perhatikan detail karena masih banyak sisa-sisa material yang belum dibersihkan dan sangat mengganggu kenyamanan masyarakat ketika melintas.
Sesuai pantauan iNews.id di lokasi jalan yang dikerjakan oleh kontraktor pelaksana PT Bahagia Timor Mandiri sedang menggaruk material aspal lama yang telah mengelupas. Setelah menggaruk aspal lama, pihaknya menimbun tanah putih baru dipadatkan sehingga tidak berlumpur saat dilakukan pemadatan.
Bahkan drainase di Weluli baru dilakukan penggalian dan juga sebuah jembatan kecil juga baru digali.
Sedangkan pekerja lain di Desa Raiulun, sedang sibuk mengerjakan sebuah jembatan yang berdekatan dengan titik longsor penahan jalan dan belum rampung. Sehingga jalan utama dekat jembatan tersebut dialihkan di samping jembatan.
Kontraktor pelaksana jalan tersebut yakni Aciku, kepada iNews.id menjelaskan terkait longsor penahan jalan itu karena curah hujan tinggi. Selaku pemilik PT Bahagia Timor Mandiri, sekarang melapor di PUPR propinsi untuk penanganan selanjutnya.
Terkait keinginan warga untuk rehabilitasi jalan dipercepat karena kalender kerja tersisa 18 hari maka sekarang kami ada minta tambahan waktu kerja karena curah hujan di Belu sangat tinggi dan masih terus berlangsung hujan.
"Saat ini saya masih di Kupang untuk meminta tambahan waktu kerja dan besok baru kembali ke Atambua," kata Aciku.
Sementara itu Kadis PUPR Provinsi NTT, Maksi Nenabu, melalui pesan Whatsapp menyampaikan bahwa
soal protes warga terkait keterlambatan pengaspalan jalan maupun longsor itu nanti saya cek dulu ke PPK. Sebab Ini masih masa pelaksanaan mengenai kontrak kerja yang tersisa 18 hari pastinya ada adendum. Sehingga kontraktor tetap harus perbaiki penahan jalan yang longsor walaupun ini karena hujan-banjir," tegasnya.
Secara teknis, kalo soal longsor begini gampang kita atasi karena kontraktor masih bekerja. Soal material galian yang menutupi drainase juga pastinya kontraktor harus bersihkan", pungkasnya.
Sebagai informasi, jalan provinsi yang menghubungkan kecamatan Lasiolat dan Lamaknen yakni Mauhalek-Weluli dikerjakan menggunakan dana APBD I NTT pinjaman dari PT SMI sebesar Rp 7.459. 460.000. Tanggal kontrak proyek tersebut yakni 27 September 2021 dan pelaksanaan 180 hari kerja serta waktu pemeliharaan 365 hari. Kontraktor pelaksana PT Bahagia Timor Mandiri, konsultan pengawas PT Cipta Wahana Nusantara
Editor : Stefanus Dile Payong