Selain Komodo, Labuan Bajo Ternyata Memiliki Pesona Gua Rangko Eksotis dengan Air Kebiruan dan Indah

Jangan lupa untuk mengabadikan momen indah tersebut dalam bentuk gambar atau video, dengan latar batuan stalaktit dan kolam air berwarna hijau. Selain itu, Anda perlu memerhatikan prakiraan cuaca Ketika akan berkunjung. Keindahan Goa Rangko akan terlihat lebih spektakuler saat cuaca sedang cerah dan cahaya matahari menembus ke dalam goa yang memberikan pencahayaan alami dan menawan. Biasanya pada pukul 12.00 - 14.00, menjadi waktu yang tepat untuk mendapatkan cahaya alami ini.

Tiket masuk dan cara ke Goa Rangko 

Tiket masuk yang perlu dibayarkan oleh wisatawan lokal sangat terjangkau, dengan harga Rp20.000 saja per orang. Untuk mencapai ke Goa Rangko, wisatawan perlu menyewa perahu dari Labuan Bajo dengan waktu tempuh selama satu jam, dengan harga yang perlu dibayar sebesar Rp300.000. Setelah tiba di Kawasan Goa Rangko, Anda perlu membeli tiket masuk dan berjalan dengan medan yang menanjak, sekitar 5 menit dari loket. Selama perjalanan, Anda akan melihat banyak sekali pepohonan hijau sebelum memasuki area goa yang menambah suasana asri nan sejuk.

Fasilitas yang ada di Goa Rangko 

Sebagai tempat wisata, Goa Rangko memberikan beberapa fasilitas yang dapat menunjang kebutuhan wisatawan seperti kapal sebagai transportasi pulang pergi dari Desa Rangko ke Labuan Bajo dan begitu pun sebaliknya. Kemudian ada gazebo, yang dapat digunakan sebagai tempat istirahat bagi wisatawan. Pastikan untuk membawa bekal sendiri dari rumah, karena di sekitar tempat wisata ini belum ada fasilitas berupa tempat makan atau restoran untuk wisatawan

Lokasi Gua Rangko 

Secara spesifik, Gua Rangko terletak di Desa Rangko, Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Adapun letak persis dari goa ini justru tidak menyatu dengan daratan Pulau Flores. Lebih tepatnya terpisah oleh perairan Tanjung Boleng. Gua ini berada di Pulau Gusung. Begitu memasuki kawasan pantai di Desa Rangko dan berniat menuju Goa Rangko, bisa memanfaatkan jasa perahu kayu bermesin milik penduduk setempat.

Editor : Stefanus Dile Payong