Media independen, Iranwire melaporkan, polisi membawa Mahsa Amini dari jalan pada malam sebelumnya sebelum dia diduga dipukuli di sebuah stasiun. Media lain melaporkan, seorang saksi mata melihat Mahsa Amini ditangkap dan dipukuli di dalam mobil polisi moral saat dibawa ke pusat penahanan.
Kasus ini telah membuat hak-hak perempuan di Iran mendapat banyak sorotan dan menimbulkan kemarahan. Polisi menolak disebut menyebabkan perempuan muda itu tewas setelah memukulinya, sebagaimana kecurigaan masyarakat yang beredar luas di media sosial. Polisi mengeklaim Mahsa Amini sakit saat menunggu dengan perempuan lain yang ditahan di kantor polisi moral. Polisi juga menyebutkan, Mahsa Amini mengalami serangan jantung setelah dibawa ke kantor polisi untuk dididik menggunakan jilbab dengan cara yang benar. Namun, kerabatnya telah membantah dia menderita penyakit jantung. Pihak berwenang telah meluncurkan penyelidikan atas kematian Mahsa Amini. Seorang petugas medis mengatakan pada Sabtu (17/9/2022) lalu, hasil tes forensik mungkin memakan waktu tiga minggu. Sementara Menteri Dalam Negeri Abdolreza Rahmani Fazli juga mengatakan kepada TV pemerintah, tidak ada laporan bahwa Mahsa Amini dipukuli. Polisi merilis rekaman CCTV yang tampaknya mendukung penyebab kematian perempuan itu versi mereka. Namun, Reuters tidak dapat mengotentikasi video yang tampaknya telah diedit tersebut. Di bawah syariah Iran atau hukum Islam yang diberlakukan setelah revolusi 1979, perempuan diwajibkan untuk menutupi rambut mereka dan mengenakan pakaian panjang yang longgar. Bagi yang melanggar akan menghadapi teguran publik, denda atau penangkapan.
Artikel ini telah tayang di www.inews.id dengan judul " Perempuan Iran Ramai-ramai Bakar Jilbab, Murka setelah Mahsa Amini Tewas Dipukuli Polisi Moral ", Klik untuk baca:
Editor : Stefanus Dile Payong
Artikel Terkait