TEHERAN, iNewsBelu.id - Sejumlah perempuan di Iran ramai-ramai membuka dan membakar jilbab sebagai bentuk kemarahan mereka atas kematian Mahsa Amini. Perempuan berusia 22 tahun itu diduga dipukuli oleh polisi moral hingga tewas karena mengenakan hijab dengan cara yang salah, Jumat (16/9/2022). Video aksi perempuan memotong rambut, melepas dan membakar jilbab ini viral di media sosial setelah diposting oleh seorang jurnalis perempuan Iran, Masih Alinejad dalam akun Twitternya @AlinejadMasih. Dalam video berdurasi 36 detik itu, tampak sejumlah perempuan secara terpisah memotong rambut dengan raut wajah marah. Beberapa orang membakar jilbabnya di jalan.
"Sejak usia tujuh tahun, jika kami tidak menutup kepala kami, kami tidak akan bisa pergi ke sekolah atau mendapat pekerjaan. Kami muak dengan rezim apartheid gender ini," kata Masih Alinejad dalam cuitannya di Twitter, dikutip iNews.id, Senin (19/9/2022).
Selain membakar jilbab, sejumlah perempuan di Iran juga turun ke jalan setelah kematian Mahsa Amini. Mereka meneriakkan agar para perempuan tidak takut dan bersatu.
"Para perempuan pemberani ini turun ke jalan setelah Mahsa Amini dibunuh oleh polisi berhijab. Mereka melantunkan: "Jangan takut, kita semua bersatu," tulis Masih Alinejad. Masih Alinejad mengatakan, pasukan keamanan menembaki para pengunjuk rasa. Beberapa perempuan terluka, tapi itu tidak membuat mereka menyerah.
"Orang-orang tidak akan menyerah," tulis Masih Alinejad. Reuters sebelumnya melaporkan, protes pecah di Iran bagian barat pada Sabtu (17/9/2022), saat pemakaman Mahsa Amini yang tewas setelah ditahan oleh polisi moral demi menegakkan aturan jilbab yang ketat. Pasukan keamanan menembakkan gas air mata untuk membubarkan para demonstran.
Video yang diposting di media sosial menunjukkan pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan antipemerintah setelah berkumpul di Saqez, kampung halaman Mahsa Amini. Mereka datang dari kota-kota terdekat di Provinsi Kurdistan Iran untuk berkabung atas kematian perempuan itu di sebuah rumah sakit di ibu kota Teheran, pada Jumat (16/9/2022).
Beberapa perempuan melepas jilbab mereka. Protes menyebar ke ibu kota provinsi, Sanandaj dan berlanjut hingga larut malam. Video media sosial menunjukkan orang banyak meneriakkan "Saqez tidak sendirian, Sanandaj mendukung", merujuk kampung halaman Mahsa Amini. Para pengunjuk rasa terlihat menghadapi polisi antihuru-hara di tengah suara tembakan sporadis. Video lain yang diposting menunjukkan pengunjuk rasa membakar ban dan melemparkan batu ke polisi antihuru-hara.
Protes juga berlanjut pada hari Minggu. #MahsaAmini menjadi salah satu tagar teratas yang pernah ada di Twitter berbahasa Persia karena kemarahan orang-orang Iran atas kematian perempuan muda itu. Mahsa Amini meninggal pada Jumat (16/9/2022) lalu setelah mengalami koma, pascapenangkapannya di Teheran awal pekan lalu. Kejadian bermula saat dia melakukan perjalanan dari provinsi barat Kurdistan ke ibu kota Teheran untuk mengunjungi kerabat. Menurut polisi, Mahsa Amini tidak mengikuti aturan yang mewajibkan perempuan di Iran untuk mengenakan hijab.
Media independen, Iranwire melaporkan, polisi membawa Mahsa Amini dari jalan pada malam sebelumnya sebelum dia diduga dipukuli di sebuah stasiun. Media lain melaporkan, seorang saksi mata melihat Mahsa Amini ditangkap dan dipukuli di dalam mobil polisi moral saat dibawa ke pusat penahanan.
Kasus ini telah membuat hak-hak perempuan di Iran mendapat banyak sorotan dan menimbulkan kemarahan. Polisi menolak disebut menyebabkan perempuan muda itu tewas setelah memukulinya, sebagaimana kecurigaan masyarakat yang beredar luas di media sosial. Polisi mengeklaim Mahsa Amini sakit saat menunggu dengan perempuan lain yang ditahan di kantor polisi moral. Polisi juga menyebutkan, Mahsa Amini mengalami serangan jantung setelah dibawa ke kantor polisi untuk dididik menggunakan jilbab dengan cara yang benar. Namun, kerabatnya telah membantah dia menderita penyakit jantung. Pihak berwenang telah meluncurkan penyelidikan atas kematian Mahsa Amini. Seorang petugas medis mengatakan pada Sabtu (17/9/2022) lalu, hasil tes forensik mungkin memakan waktu tiga minggu. Sementara Menteri Dalam Negeri Abdolreza Rahmani Fazli juga mengatakan kepada TV pemerintah, tidak ada laporan bahwa Mahsa Amini dipukuli. Polisi merilis rekaman CCTV yang tampaknya mendukung penyebab kematian perempuan itu versi mereka. Namun, Reuters tidak dapat mengotentikasi video yang tampaknya telah diedit tersebut. Di bawah syariah Iran atau hukum Islam yang diberlakukan setelah revolusi 1979, perempuan diwajibkan untuk menutupi rambut mereka dan mengenakan pakaian panjang yang longgar. Bagi yang melanggar akan menghadapi teguran publik, denda atau penangkapan.
Artikel ini telah tayang di www.inews.id dengan judul " Perempuan Iran Ramai-ramai Bakar Jilbab, Murka setelah Mahsa Amini Tewas Dipukuli Polisi Moral ", Klik untuk baca:
Editor : Stefanus Dile Payong
Artikel Terkait