“Ternyata itu hari kebebasan. Sudah begitu aja,” kenang Maulwi. Setelah lima tahun menjalani masa tahanan sejak 1967, Maulwi akhirnya bisa menghirup udara bebas. Meski demikian, Maulwi tidak serta merta mendapatkan kebebasannya. Aparat tetap mewajibkan Maulwi mendatangi kantor CPM dan meminta surat keterangan resmi agar tidak dicap sebagai PKI. Tidak hanya itu, Maulwi juga tidak mendapatkan gaji atau pensiunannya sebagai tentara. Hingga suatu ketika Maulwi bertemu dengan ulama besar Buya Hamka. Ulama besar yang berseberangan dengan Presiden Soekarno. Saat itu, Buya memercayai Maulwi untuk membantu mengurus sekolah di Kebayoran Baru. Maulwi pun berhasil membayar kepercayaan itu.
Kepercayaannya kepada Maulwi, membuat Buya Hamka mengangkatnya menjadi anak angkat. Maulwi yang merasa rikuh sempat mengungkapkan jika dirinya merupakan orang dekat Soekarno yang merupakan musuh politik Buya Hamka. Namun Buya Hamka tak mempermasalahkannya. Perlahan kehidupan Maulwi pun kembali normal. Seiring perjalanan waktu, pada Senin, 10 Oktober 2016 sekitar pukul 18.30 WIB, Maulwi mengembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta Selatan.
Editor : Stefanus Dile Payong
Artikel Terkait