Penduduk di Gaza Tengah mengatakan, mereka mendengar suara-suara seperti baku tembak serta serangan besar-besaran di sepanjang perbatasan, ketika pesawat Israel menjatuhkan suar dan bom. Selain ketakutan akan kehilangan tanah mereka, warga Gaza juga menghadapi krisis kemanusiaan yang semakin parah akibat kekurangan makanan, air dan obat-obatan. Sejumlah bantuan memang diizinkan masuk dari perbatasan Mesir, namun pihak Palestina dan lembaga bantuan mengatakan jumlah tersebut tidak mencukupi.
Israel telah memperketat blokadenya terhadap Gaza, dan melarang masuknya makanan dan bahan bakar ke wilayah itu. Zionis juga memotong pasokan listrik. Di unit perawatan intensif Rumah Sakit Nasser di Gaza, para dokter tidak dapat menangani jumlah korban jiwa. “Kami harus membuka unit perawatan intensif baru, namun unit ini tidak memiliki perlengkapan yang lengkap, tidak memiliki sistem pernapasan buatan dan mesin untuk memantau pasien,” kata Dokter Hamouda Shaath.
“Karena perang dan kondisi saat ini kami tidak bisa menerima kasus perut atau jantung. Nasib kasus tersebut, pasien yang menderita penyakit kronis atau penyakit lainnya tidak diketahui,” ujarnya.
Badan pangan PBB mengatakan, kekurangan bahan bakar yang parah mungkin memaksa mereka untuk berhenti memasok bantuan pangan darurat kepada ribuan keluarga pengungsi di Gaza. “Saat ini hanya dua dari pabrik roti yang kami kontrak yang memiliki bahan bakar untuk memproduksi roti dan besok mungkin tidak ada lagi,” kata perwakilan Program Pangan Dunia (WFP), Samer Abdeljaber. “Ini akan menjadi penderitaan besar bagi ribuan keluarga yang tinggal di tempat penampungan yang selama ini mengandalkan pengiriman roti setiap hari,” ungkapnya dalam sebuah pernyataan.
Editor : Stefanus Dile Payong