JAKARTA, iNewsBelu.id - Masyarakat Indonesia memperingati hari ulang tahun TNI (Tentara Nasional Indonesia) setiap tanggal 5 Oktober. Terbentuk setelah proklamasi kemerdekaan tepatnya pada 5 Oktober 1945, TNI kini genap berusia 78 tahun, Kamis (5/10/2023).
Keberadaan TNI bermula dari sebuah instansi yang diberi nama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
BKR dibentuk berdasarkan hasil sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dilakukan pada 22 Agustus 1945. Saat itu BKR merupakan bagian dari Badan Penolong Keluarga Korban Perang dan bertugas untuk memelihara keamanan bersama rakyat dan jawatan negeri lainnya.
BKR kemudian dibentuk di wilayah lainnya di Pulau Jawa dan Sumatra. Anggotanya kebanyakan mantan anggota PETA (Pembela Tanah Air) dan Heiho. Ketika tentara Sekutu dan NICA (Netherland Indies Civil Administration) masuk ke Indonesia pada akhir September 1945, rakyat dan pemerintah Indonesia menghadapi ancaman serius.
Oleh karena itu, pada 5 Oktober 1945, BKR diubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) berdasarkan maklumat pemerintah yang ditandatangani Presiden Soekarno. Tanggal pembentukan TKR inilah yang dijadikan sebagai hari lahirnya TNI.
Pembentukan TKR disambut baik oleh masyarakat. Dikutip dari buku Sejarah TNI-AD 1945-1973 yang diterbitkan Dinas Sejarah Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (1982), para pemuda berbondong-bondong mendaftar untuk menjadi anggota TKR. Keinginan untuk mempertahankan Republik Indonesia juga muncul pada diri opsir Indonesia yang pernah menjadi anggota tentara Kerajaan Belanda (KNIL).
Mereka menyatakan dukungannya untuk berdiri di belakang Republik Indonesia dan siap menerima perintah. Urip Sumoharjo, eks mayor KNIL kemudian diangkat sebagai Kepala Staf Umum TKR dengan pangkat letnan jenderal. Selanjutnya, pembenahan TKR dilakukan sesuai strukturisasi yang ada pada Departemen Peperangan Hindia Belanda dahulu.
Selain itu, Urip juga memprakarsai rapat para komandan TKR untuk memilih seorang panglima besar. Hal ini mengingat TKR belum mempunyai panglima, sedangkan situasi semakin genting dengan berkobarnya sejumlah peperangan di daerah melawan Sekutu dan Belanda. Soedirman lalu terpilih untuk menempati posisi panglima.
Editor : Stefanus Dile Payong