Dia kemudian mengatakan, CMA memutuskan untuk mundur dan tentara Mali menguasai Kota Bourem. Strategi CMA sebelumnya adalah menyerang kamp-kamp militer untuk mengambil senjata, kendaraan dan amunisi, meski Ramadane tidak mengatakan apakah itu semua benar-benar terjadi.
Sementara Angkatan Bersenjata Mali sama sekali tidak menyebutkan nama pangkalan militer yang direbut pemberontak, pun menyinggung nama CMA. Namun, mereka mengatakan situasi di sekitar Bourem kini terkendali. “Pemberontak yang masih hidup mundur ke utara,” kata pernyataan militer itu pada Selasa malam. CMA dibentuk oleh masyarakat Tuareg yang hidupnya semi-nomaden di utara Mali. Mereka sejak lama mengeluhkan pengabaian oleh pemerintah dan meminta hak otonomi khusus untuk wilayah gurun yang mereka sebut Azawad.
CMA menandatangani perjanjian damai dengan pemerintah dan milisi pro-pemerintah pada 2015. Namun ketegangan muncul kembali sejak militer mengonsolidasikan kekuasaan dalam dua kudeta pada 2020 dan 2021.
Editor : Stefanus Dile Payong