“Kalau jualan saya sudah 65 tahun. Sekarang usia embah ini, dari dulu (jualan) 25 tahun sampai sekarang 85 tahun,” kata Mbah Langkung di lapak dagangannya kepada seorang tentara bernama Vivian R dalam postingan Kanal YouTube Kandang Menjangan Channel itu.
Mbah Langkung mengaku awalnya berjualan es lilin. Kala itu, korps baret merah belum bernama Kopassus. “Sebelum Kopassus, iya, RPKAD, Kopassandha. Lha iya 4 pergantian sama Kopassus ini. Mbah Langkung di sini sudah lama pak,” tuturnya yang sedang mengenakan kebaya warna biru muda dengan masker. Nah, nama panggilannya itu karena setiap jualannya kala itu hanya seharga Rp25. “Jualane selangkung (Rp25),” kata Mbah Langkung.
Dia pun mengaku pernah dilarang berjualan di sekitar Grup 2 Kopassus. “Mbah jangan jual, jangan masuk,” kata Mbah Langkung menirukan seorang tentara yang melarangnya kala itu. Namun, dia tidak patah semangat untuk mencari rezeki demi menyambung hidup. “Saya izin sama Pak Wadan grup saja. Selamat pagi Pak Komandan, Mbah Langkung izin jualan Pak Komandan, assalamualaikum Pak Komandan,” kata Mbah Langkung mengisahkan.
“Oh iya Mbah sini Mbah masuk. Sehat Mbah? Mbah Kakung sehat?” ucap Mbah Langkung menirukan seorang tentara yang dipanggilnya sebagai komandan itu. “Alhamdulillah. Semua pada minggir. Iya, yang mengikuti tadi ya pada minggir. Saya izin sama Pak Komandan,” ungkapnya.
Tidak sedikit juga mereka yang sudah menjadi perwira datang ke rumahnya saat Hari Raya Lebaran. “Ya Pak Vivin, Pak Tagor yang jadi jenderal-jenderal itu mencari Mbah Langkung ke rumah hari raya, alhamdulillah, terima kasih,” imbuhnya.
Editor : Stefanus Dile Payong