get app
inews
Aa Read Next : Tega Aniaya Istri, Suami di Lampung Coba Bunuh Diri dengan Minum Racun

Kerap Jadi Korban KDRT Ibu Bhayangkari Selingkuh dan Digerebek, Ini Fakta Pengakuannya

Senin, 05 September 2022 | 21:31 WIB
header img
EF mengungkapkan kondisi biduk rumah tangganya. (Foto: MPI)

PALEMBANG, iNewsBelu.id - Kasus perselingkuhan istri polisi di Palembang dengan anak kepala desa (kades) setempat menghebohkan masyarakat. Terlebih, video penggerebekan tersebar luas.

Oknum Bhayangkari berinisial EF (23) yang digerebek suaminya AP (24) lantas buka suara dan mengungkapkan kehidupan rumah tangganya selama ini dibayangi banyak masalah dan KDRT.


Berikut sejumlah faktanya.

1. Tak Akur Sejak Awal Menikah

EF kini sudah dipulangkan setelah menjalani pemeriksaan selama 1x24 jam. Namun EF masih menjalani wajib lapor sebanyak 2 kaki setiap minggu di Polsek IB I Palembang.

Saat ditemui di rumah orangtuanya, EF menceritakan apa yang sebenarnya terjadi sebelum dirinya ditangkap basah di dalam kamar hotel bintang 5 di Palembang bersama MI, pria idamannya.

Diceritakan EF yang telah memiliki anak dari pernikahannya dengan AP (24), memang awal sebelum menikah, sudah ada tanda-tanda ketidakharmonisan dari pihak mertuanya sampai berjalannya resepsi pernikahan.

“Contohnya uang dari tamu undangan yang hadir diambil oleh keluarga mempelai pria,” katanya, dikutip Sabtu (3/9/2022).

 
2. Mengalami KDRT Sejak Hamil

Selain itu juga ia telah mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sejak hamil empat bulan, bahkan salah satu tindak penganiayaan yang sempat dilaporkannya ke polisi yakni peristiwa saat perjalanan pulang dari rumahnya ke arah Pangkalan Balai menggunakan mobil.

"Saat di dalam mobil aku dianiaya. Mobil berenti di SPBU, lalu aku ditendang, dipukul menggunakan tangan kosong dan tangan aku diborgol. Itu gara-gara aku minta izin untuk mengurus nenek yang sakit di rumah aku,” ungkap EF.

Dilanjutkan EF, saat itu kondisi sedang pandemi, dan tidak berani membawa neneknya ke RS karena takut akan divonis Covid-19.

“Pas itu pademi, nenek aku sakit yang cuma bisa memasang dan mengontrol infus cuma aku. Awalnya aku diizinkan, tetepi setelah dua hari saya dijemput dan pamit dengan ayah, ibu dan termasuk nenek yang sedang sakit ingin pulang ke rumah kontrakan di Pangkalan Balai. Sampai di kontrakan, aku tidak mau turun karena masih tangan diborgol lalu setelah masuk ke kamar baru borgol tangan dilepas,” jelas EF yang merupakan lulusan akademi kebidanan.

Editor : Stefanus Dile Payong

Follow Berita iNews Belu di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut