JAKARTA, iNews.id – Stunting atau tengkes masih menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Menurut Kementerian Kesehatan, stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama.
Alhasil, anak akan memilih tubuh lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir.
Statistisi di Pusat Data dan Informasi Kemenkes, Khairani dalam Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Semester II Tahun 2020 mengatakan, stunting bukan hanya masalah gangguan pertumbuhan fisik, namun juga daya tahan tubuh. Selain itu, penyakit ini mengganggu perkembangan otak dan kecerdasan sehingga menjadi ancaman besar terhadap kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Berdasarkan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021, angka stunting di Indonesia mencapai 24,4 persen atau sekitar 5,33 juta balita. Angka ini masih berada di atas standar yang ditetapkan oleh WHO, yaitu 20 persen.
Untuk diketahui, penyebab stunting adalah kekurangan gizi dalam jangka waktu lama yang terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak. Kualitas gizi ini dipengaruhi oleh asupan dari sang ibu. Ibu yang mengalami kekurangan gizi dapat mengakibatkan melahirkan bayi yang pendek dan atau berat bayi lahir rendah. Selain kekurangan gizi ibu hamil, penyebabnya juga kurangnya asupan gizi anak.
Menurut Ahli Gizi Humanity Medical Services-ACT Harum Aulia, keterbatasan ekonomi menjadi salah satu faktor penyebab tidak terpenuhinya gizi ibu hamil dan anak. "Tidak ada akses terhadap makanan bergizi, asupan vitamin dan mineral, keragaman pangan, serta akses kepada sumber protein hewani menjadi penyebab utama anak menderita stunting. Nantinya, ukuran tubuh anak lebih pendek dari anak seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir," ucap Harum.
Harum menilai, upaya pencegahan stunting menjadi tanggung jawab bersama. Adapun, langkah mencegah stunting adalah pemenuhan nutrisi ibu hamil, pengaturan pola makan serta pola asuh anak, mempermudah akses pangan untuk masyarakat prasejahtera, dan edukasi kepada orang tua terhadap pemberian makanan pada anak dan balita.
"Kami dari Aksi Cepat Tanggap juga berperan aktif mencegah stunting. ACT menghadirkan program Operasi Gizi Anak Indonesia. Semoga dengan kegiatan yang rutin, program ini bisa menurunkan angka prevalensi stunting di Indonesia dan mewujudkan Indonesia bebas dari stunting," kata Harum.
Editor : Stefanus Dile Payong