MERAUKE, iNews.id - Aksi kekerasan bersenjata oleh orang tak dikenal yang kerap menimpa tenaga kesehatan di Papua, tak sedikitpun menyurutkan niat Bidan Suria Ningsih bersama rekannya, Bidan Noni Tefa, untuk melayani masyarakat Papua, dengan ketulusan dan kasih sayang.
Hal itu dibuktikan kedua tenaga kesehatan ini, saat menolong persalinan seorang ibu di tengah hutal lebat di wilayah Pulau Kimam, Distrik Waan, Kabupaten Merauke, Papua. Pertolongan ini dilakukan kedua bidan pada Sabtu (28/5/2022) tengah malam.
Aksi heroik Suria Ningsih Bela yang akrab dipanggil Bidan Bela, dan rekannya Noni Tefa yang akrab dipanggil Bidan Noni tersebut, viral dimedia sosial setelah diunggah oleh akun Suria Ningsih Bela Sirenden di Facebook, pada 1 Juni 2022.
Menurut Bidan Bela, kisah tersebut terjadi di Distrik Waan, Pulau Kimam, Kabupaten Merauke, Papua. Tepatnya pada Sabtu (28/5/2022) sekitar pukul 22.00 WIT. Proses persalinan di tengah hutan itu, terjadi karena lokasi rumah pasien dengan Puskesmas sangat jauh.
"Proses persalinan di alam terbuka dengan proses, tindakan, dan peralatan seadanya. Di mana jarak rumah ibu yang akan melahirkan tersebut ke lokasi Faskes (Fasilitas Kesehatan)/Puskesmas cukup jauh. Faktor lainnya adalah tindakan suami siaga, dan pantangan adat istiadat setempat yang begitu kental bagi seorang perempuan disaat tiba waktunya untuk melahirkan," ungkap Bidan Bela.
Bela menceritakan, bersama rekannya telah bergerak menuju rumah ibu yang hendak melahirkan, namun karena lokasinya yang jauh dan melihat kondisi ibu tersebut, akhirnya diputuskan untuk melakukan proses persalinan di tengah hutan.
"Kami sudah bergerak langsung setalah mendapat panggilan. Di mana kami hanya bisa berjalan kaki, dan juga sesekali berlari dengan penerangan senter, namun kami hanya dapat bertemu dengan ibu tersebut di tengah hutan. Bahkan kami sempat bingung mencari posisi ibu tersebut berada. Hal ini dikarenakan kondisi hutan dan malam yang gelap, dan letaknya di hutan dan berdekatan dengan pantai," ungkap Bidan Bela.
"Suami ibu tersebut hanya bisa mengantar kami dari jarak tertentu, karena ada pantangan adat istiadat setempat. Melihat kondisi tersebut, akhirnya kami memutuskan melakukan persalinan di tengah hutan. Proses persalinan hanya diterangi senter, dan beralaskan rumput. Selama proses persalinan, kami ditemani oleh dua orang adik perempuan yang masih remaja," imbuh Bidan Bela.
Usai persalinan, Bela dan rekannya kemudian membawa ibu dan bayinya ke Pustu untuk melanjutkan proses penanganan medis terhadap ibu dan bayi. "Berkat mujizat dan kasih Tuhan, ibu dan bayinya selamat serta sehat," ungkap Bidan Bela penuh rasa syukur.
Kisah perjuangan Bidan Bela dan Bidan Noni Tefa ini, mendapat ratusan respon positif dari para pengguna media sosial. kedua bidan tersebut, merupakan tenaga kontrak yang ditugaskan di pedalaman Kabupaten Merauke. Bela mengaku sudah tiga tahun bertugas sebagai tenaga kontrak. Dia melakukan pelayanan kesehatan dengan penuh ketulusan dan kasih, sebagai bentuk tugas dan kewajibannya terhadap kemanusiaan di manapun berada.
"Saya sebelumnya saya tugas di Asmat, sebagai tenaga kontrak selama tiga tahun, yakni pada Januari 2019-Desember 2021. Kemudian tahun ini baru bertugas di Merauke, sebagai tenaga kontrak sejak Januari 2022," ungkapnya.
Bela baru enam bulan ini bertugas sebagai tenaga kontrak di Puskesmas Waan, Distrik Waan. Sementara Bidan Noni telah bertugas di Puskesmas Waan, sebagai tenaga kontrak sejak tahun 2014. Ternyata bukan kali itu saja Bidan Bella membantu proses persalinan ibu dan bayinya di alam terbuka. Menurut Bella, selama bertugas di pedalaman Merauke, sudah beberapa kali dia membantu proses persalinan dengan penuh tantangan. Ada banyak cerita menarik dari Bidan Bela selama bertugas di pedalaman Merauke.
"Saya sudah beberapa kali menangani proses persalinan di alam terbuka. Waktu bertugas di Asmat, saya pernah menolong persalinan di atas spead boat di tengah laut dengan kondisi ombak besar," kenangnya.
Dia menyebutkan, kala itu pasien yang hendan melahirkan harus dirujuk ke kota, tapi karena kondisi ombak besar sehingga dimungkinkan menambah kontraksi pada ibu yang akan melahirkan, sehingga ibu tersebut harus melahirkan di atas speed boat di tengah laut.
"Mau tidak mau, saya harus menolong persalinan di atas speed boat tersebut dengan cuaca yang kurang bersahabat. Keputusan itu harus segera dilakukan, demi keselamatan ibu dan bayinya," ungkap Bidan Bela.
Tak hanya di lautan, Bidan Bela juga pernah menolong pasien bersalin di tengah jalan saat pasien di antar ke kota untuk rujukan persalinan. Dia juga beberapa kali menolong proses persalinan tidak normal di Puskesmas, dengan kondisi peralatan medis seadanya. Hal ini terpaksa dilakukan, karena untuk merujuk ke rumah sakit harus menghadapi jarak yang jauh dan kondisi cuaca yang tidak bersahabat.
"Keselamatan ibu dan bayinya, menjadi hal utama yang harus dilakukan. Saya bersyukur, atas anugerah Tuhan, semua proses persalinan bisa berjalan dengan baik dan selamat. Kalau tanpa campur tangan Tuhan, semuanya akan sia-sia. Saya berterima kasih sama Tuhan, saya mendapat tugas di pedalaman Papua," ujar Bidan Bella.
Dirinya mengaku, sangat bahagia bisa bertugas di pedalaman Papua. Menurutnya bertugas di pedalaman Papua, mempunyai tantangan tersendiri. Dan semua itu didasari cinta yang tulus bagi pelayanan kepada masyarakat.
"Saya sangat senang bertugas di pedalaman Papua. Di sini ada cinta kasih yang tumbuh subur dalam hati, untuk setia melayani masyarakat. Karena sering melakukan tugas di alam terbuka, dan harus melintasi medan yang cukup keras. Saya dijuluki bidan petualang," kelakar Bidan Bela. Dengan tugas dan tantangan yang sangat berat, tentunya para tenaga kesehatan kontrak di pedalaman Papua ini, sangat membutuhkan uluran tangan pemerintah. Utamanya, sebagai jaminan masa depan mereka sebagai tenaga kontrak di dunia kesehatan.
Editor : Stefanus Dile Payong