JAKARTA, iNews.id - Kematian jurnalis veteran Al Jazeera Shireen Abu Akleh (51) di Tepi Barat dikecam berbagai pihak. Kekerasan terhadap jurnalis yang sedang bertugas merupakan ancaman bagi kebebasan pers dunia. Ketua Umum Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Herik Kurniawan menyebut kekerasan kepada jurnalis masih tinggi.
"Peristiwa ini sekaligus menodai kemerdekaan pers sedunia yang baru saja dirayakan awal bulan Mei lalu. Tewasnya Shireen Abu Akleh akibat konflik Israel dan Palestina semakin menambah daftar jurnalis yang dibunuh di dunia," katanya dalam keterangan tertulis, Kamis (12/5/2022).
Dalam kurun waktu 10 tahun, setidaknya ada 562 jurnalis di dunia yang dibunuh. Sementara pada tahun 2021 ada sebanyak 45 jurnalis yang tewas di bunuh di seluruh dunia.
"Tewasnya Shireen Abu Akleh serta jurnalis lainnya di berbagai belahan dunia saat menjalankan tugas mulianya menjadi bukti betapa masih rentannya keselamatan bagi para jurnalis," ujar Herik. Profesi jurnalis adalah profesi yang harus dilindungi dan terbebas dari segala intervensi. Kasus kekerasan yang menimpa jurnalis saat menjalankan tugasnya harus menjadi perhatian seluruh dunia.
IJTI menaruh perhatian serius terhadap kasus kekerasan yang menimpa para jurnalis tidak hanya di dalam negeri namun juga di berbagai belahan dunia terutama tewasnya Shireen Abu. Atas tragedi ini Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) menyampaikan beberapa hal sebagai berikut :
1. Menyampaikan keprihatinan serta duka yang mendalam atas meninggalnya Shireen Abu Akleh saat meliput konflik Israel dan Palestina 2. Mengecam dan mengutuk segala bentuk kekerasan kepada para jurnalis di berbagai belahaan dunia
3. Meminta kepada badan dunia untuk komitmen menjaga dan melindungi para jurnalis yang tengah menjalankan tugasnya
4. Mendesak otoritas dunia agar dilakukan investigasi mendalam dan transparan terhadap kasus tewasnya Shireen
5. Mengajak seluruh organisasi jurnalis di dunia untuk bersatu melawan berbagai kekerasan terhadap jurnalis
6. Menyerukan kepada seluruh jurnalis di Indonesia dan di dunia untuk mengutamakan keselamatan saat menjalankan tugasnya.
Editor : Stefanus Dile Payong