WASHINGTON, iNews.id - Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengirim hampir 100 persen pasukan yang sebelumnya disiagakan di perbatasan memasuki Ukraina. Jumlahnya diperkirakan mencapai 150.000 personel.
Seorang pejabat senior Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) yang meminta namanya tak dipublikasikan mengatakan, angka tersebut merupakan perkiraan paling dekat berdasarkan pengamatan sejauh ini.
"Itu perkiraan terbaik kami saat ini," kata dia, dikutip dari Reuters, Selasa (8/3/2022). Para pasukan itu dikirim ke perbatasan Ukraina secara bertahap yakni sejak November 2021 yang memicu kecurigaan dari negara Barat bahwa Rusia segera melakukan invasi.
Mereka termasuk sekitar 30.000 personel yang berada di Belarusia. Sebelumnya Rusia dan Belarusia menggelar latihan perang gabungan, namun ternyata tentara tersebut disiagakan untuk menyerang Ukraina dari sisi lain.
"Dan dengan kekuatan tempur, maksud saya, kekuatan tempur yang dia (Putin) siagakan di sepanjang perbatasan dengan Ukraina dan Belarusia," ujarnya.
Pejabat itu menambahkan, sejauh ini tampaknya tak ada rencana dari Rusia untuk menambah kekuatan dari dalam negeri. Sebagai gantinya, Rusia merekrut para pejuang dari luar negeri, termasuk asal Suriah.
Sementara itu Ukraina terus memberikan perlawanan terhadap pasukan Rusia. Menggunakan senjata bantuan dari NATO, tentara Ukraina menghambat laju atau pergerakan pasukan Rusia yang berusaha merebut kota-kota penting serta infrastruktur strategis.
Persenjataan yang dimaksud adalah granat penghancur tank, rudal anti-tank, serta persenjataan lainnya. Perlawanan itu mampu menghambat pergerakan pasukan utama Rusia menuju Kiev, terutama dari utara. Hingga hari ke-12 pertempuran, Senin (7/3/2022), masih relatif sedikit daerah penting yang direbut Rusia. Bahkan pasukan Ukraina mengklaim berhasil menembak jatuh puluhan helikopter serta merebut kembali satu kota pada Senin pagi.
Pejabat AS mengatakan, Rusia telah meluncurkan 625 rudal, yakni jarak pendek, permukaan ke udara, dan jelajah. Jumlah rudal yang ditembakkan terus bertambah belakangan ini.
"Tampaknya Rusia meningkatkan tembakan jarak jauh untuk melengkapi atau menebus kurangnya pergerakan darat serta kurangnya dukungan udara," ujarnya.
Di tengah melambatnya pergerakan pasukan Rusia, termasuk merebut Kiev, muncul kabar Moskow merekrut pejuang asing, termasuk milisi asal Suriah yang ahli dalam strategi pertempuran kota. Media lokal Suriah yang berbasis di Deir Ezzor melaporkan, para pejuang itu ditawari bayaran antara 200 hingga 300 dolar AS untuk 6 bulan.
"Kami yakin, laporan bahwa Rusia mencoba merekrut warga Suriah, khususnya untuk mendaftar dan berperang di Ukraina, akurat," kata pejabat AS.
Di sisi lain, Pentagon memerintahkan penambahan 500 tentara ke Eropa, sehingga jumlah total pasukan AS menjadi sekitar 100.000 personel.
Editor : Stefanus Dile Payong