SURABAYA, iNews.id - Kerja keras tak akan mengkhianati hasil. Hal itu dibuktikan Qomarul Lailah, guru mata pelajaran Bahasa Inggris dari SD Negeri Sawunggaling 1 Surabaya. Dia terpilih menjadi wasit perempuan dari Indonesia di ajang Olimpiade Tokyo 2020.
Lia-sapaan akrabnya menceritakan pengalaman saat kali pertama menjadi wasit. Awalnya dia mengaku tidak begitu tertarik lantaran tak memahami Badminton. Namun setelah mendapatkan cukup banyak pengetahuan, dia mulai tertarik untuk mencoba ikut pelatihan dan menjalani ujian tingkat provinsi.
Ibu dua anak itu akhirnya lulus. Perjalanan sebenarnya belum dimulai, sebab kelulusannya itu tak lantas membawanya begitu saja menjadi wasit profesional. Ada banyak rintangan yang dihadapi untuk benar-benar bisa memuluskan langkahnya.
“Sampai para pemain berteriak kok begitu wasitnya. Ada yang bilang ini wasit lulusan mana harus sekolah lagi. Lalu dengan tetap optimistis saya terus belajar hingga terus membaca buku berjudul Law of Badminton. Buku itu memang segala aturan dan instruksi dalam Bahasa Inggris,” kata Lia, Minggu (8/8/2021).
Perempuan kelahiran Surabaya 24 September 1977 ini terus berjuang mengikuti ujian nasional di berbagai ajang. Seiring perjalanan, Lia kian melejit dalam dunia perwasitan. Meski aktif di bidang olahraga, dia tak melupakan kewajibannya menjadi pendidik SD mata pelajaran Bahasa Inggris.
Menariknya, Lia menjelaskan seluruh ilmu yang dia peroleh juga diimplementasikan di sekolah tempatnya mengajar. Dia pun mengaku anak-anak tersebut selalu dilatih agar selalu disiplin, percaya diri dan pantang menyerah. Baginya semua itu menjadi poin pentingnya dalam meraih kesuksesan.
“Ternyata itu betul-betul terjadi, ketika kita menerapkan tiga hal itu akan memudahkan kita mencapai banyak hal. Makanya saya ajarkan kepada anak didik saya sedini mungkin,” katanya.
Berbagai jalan terjal itu dilaluinya. Dia selalu menyiratkan keinginan itu harus terus dipupuk. Semua itu pun diajarkan pada para siswanya serta anak-anaknya di rumah.
“Kalau kamu pengen berhasil nak, disiplin nomor satu. Saya ajarkan mereka jadi the real bonek, jadi bonek sejati itu bukan kalau kalah main itu sakit hati terus berantem. Tetapi keberanian yang kita butuhkan. Nah bahasa asing itu butuh keberanian karena bahasa itu kebiasaan. Saya ajarkan ke mereka itu ‘wani’ berbicara Inggris,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Sekolah Dasar (SD) Dinas Pendidikan Kota Surabaya M Aries Hilmi mengaku bangga atas terpilihnya Qomarul Lailah menjadi wasit Olimpiade Tokyo 2020. Bagi dia, dengan pengalaman yang diraih tersebut dapat menumbuhkan semangat baru baik guru maupun pelajar yang ada di Kota Pahlawan.
“Jadi memang luar biasa ada guru kita yang menjadi wasit di event internasional. Semangat inilah yang kita harapkan dan mampu mewarnai guru-guru yang ada di Kota Pahlawan,” kata Aries.
Dia menambahkan, sebenarnya sosok Qomarul Lailah ini sudah beberapa kali menjadi wasit internasional. Kariernya dalam dunia perwasitan dimulai sejak tahun 2000, waktu itu dia masih menjadi guru tenaga kontrak di salah satu SD di Surabaya. Kemudian seiring berjalannya waktu dengan berbagai prosesnya, Lia berhasil memimpin jalannya berbagai pertandingan Badminton di kancah internasional.
“Tentunya ini menjadi kebanggaan buat kami semua. Bahwa tidak ada yang tidak mungkin apabila kita bersungguh-sungguh dan mengembangkan apapun yang kita miliki,” katanya.
Dia berharap, Lia dapat membagikan pengalamannya atas pencapaiannya dengan mengimplementasikan di tempat dirinya mengajar. Hal ini menjadi penting dilakukan agar semangat tersebut dapat menular kepada para pelajar di Kota Pahlawan.
Editor : Stefanus Dile Payong