Seperti para ibu lainnya, Masry berharap bisa menjalankan tradisi dan merayakan kelahiran bayi-bayinya, termasuk memandikan dengan air mawar. Namun jangankan memandikan, mendapat air bersih saja sulit. "Kami bahkan belum bisa memandikan mereka," katanya.
Dia menambahkan jatah popok di pengungsian juga dibatasi karena kondisi yang tak memungkinkan. "Biasanya saya mengganti popok bayi setiap 2 jam. Tapi situasinya sulit dan saya harus berhemat,” katanya, seraya menambahkan bayi yang baru lahir hanya mendapat jatah popok di pagi dan malam hari. Sementara sang suami, Ammar (33), merasa terpukul karena tidak bisa menafkahi keluarganya.
“Saya merasa tidak berdaya. Saya mengkhawatirkan anak-anak. Saya tidak tahu bagaimana melindungi mereka," ujarnya, seraya menambahkan setiap haru dia menghabiskan waktu untuk mencari makanan. Bayinya, Tia, mengidap penyakit kuning sehingga harus mendapat ASI.
Masalahnya sang istri tak mendapat makanan bergizi untuk memenuhi kebutuhan protein. "Anak-anak butuh susu dan popok, tapi saya tidak bisa mendapatkan semua itu,” ujarnya.
Editor : Stefanus Dile Payong