PYONGYANG, iNewsBelu.id - Korea Utara (Korut) dilaporkan mengalami krisis pangan yang menyebabkan kelaparan ekstrem. Bahkan, banyak warga Korut yang ditemukan meninggal dunia diduga akibat kelaparan.
Krisis pangan di Korut mulai terjadi pada Januari 2020, di mana pemerintah Korut saat itu menerapkan kebijakan pembatasan, dengan menutup perbatasan sebagai respons atas pandemi Covid-19. Namun, kebijakantersebut menyebabkan banyak komoditas makanan dan barang sulit masuk.
Pemerintah Korut juga menghentikan impor biji-bijian dari China, serta pupuk dan mesin yang dibutuhkan untuk bercocok tanam. Padahal, Korut merupakan negara yang belum memiliki ketahanan pangan, di mana negara itu belum mampu mencukupi kebutuhan pangan bagi 26 juta penduduknya.
Pihak berwenang juga membentengi perbatasan dengan pagar dan akan menembak siapa saja yang mencoba melintas. Hal tersebut membuat hampir tidak ada orang bisa menyelundupkan makanan untuk dijual di pasar gelap, tempat kebanyakan warga Korut belanja. Seorang pedagang pasar dari utara negara itu, memberi tahu bahwa hampir tiga perempat produk di pasar lokalnya dulunya berasal dari China, tetapi sekarang kosong.
Sementara seorang perempuan yang tinggal di Pyongyang menyampaikan jika ada sebuah keluarga yang terdiri dari tiga orang mati kelaparan di rumahnya.
"Kami mengetuk pintu mereka untuk memberi mereka air, tapi tidak ada yang menjawab. Ketika pihak berwenang masuk ke dalam, mereka menemukan mereka tewas," kata Ji Yeon (nama samaran) kepada BBC, dilansir dari Reuters, Minggu (18/6/2023). Ji Yeon memberi tahu pernah mendengar tentang orang-orang yang memilih untuk bunuh diri di rumah atau menghilang ke pegunungan untuk mati. Alasannya karena mereka tidak bisa lagi mencari nafkah.
Editor : Stefanus Dile Payong