GRESIK, iNews.id - Namanya Farhan, berumur 12 tahun. Kisah hidupnya mencuat, usai tangannya patah saat bermain bola. Bocah yatim piatu itu sekolah di MI Munawaroh Dusun Gadukan, Desa Glangang RT 5 RW 2 Kecamatan Duduksampeyan, Gresik, Jawa timur.
Saat ini, Farhan tinggal bersama neneknya, Kina (71). Tinggal di rumah sepetak , di lahan milik desa. Nenek Kina tidak punya penghasilan. Praktis keseharian mengharap belas kasihan para tetangga.
Untungnya, biaya sekolah Farhan gratis. Guru MI Almunawaroh, Ida Rusdiana mengatakan, sejak dilahirkan, Farhan kerap dirundung sedih. Saat lahir, ibunya meninggal. Saat usia 9 tahun, bapaknya yang sopir mengalami kecelakaan dan meninggal. “Jadi yatim piatu sejak kecil,” ujarnya.
Diceritakan, saat Farhan kecil, sempat diajak bapaknya ke Surabaya. Saat itu, Farhan sempat dijual ke orang Mojokerto seharga Rp1 juta.
Namun, setelah empat bulan baru diambil nenek kandungnya, Kani. “Empat bulan itu Farhan tidak kerasan,” ungkap Ida Rusdiana yang warga Tumapel itu.
Nasib pilu Farhan menjadi saat bermain bola di halaman MI Almunawaroh. Saat itu, tangannya patah. Praktis yang mengurus semua gurunya, Ida Rusdianan. "Untungnya, semua proses lancar dan dimudahkan,” aku Ida.
Saat ini, lanjut Ida yang dipikirkan, Farhan kelak besar mendapatkan hidup layak. Memang secara akademis tergolong tengah-tengah. Namun, masih bisa dipoles. Baca: Omicron Terdeteksi di Indonesia, Jateng Perketat Pintu Masuk dan Tingkatkan Testing.
“Saat ini menempati rumah sepetak dan di lahan desa. Saya hanya berharap dia tidak lagi kesehariannya mengharap belas kasih tetangga,” harapanya.
Dijelaskan, bila Farhan tinggal bersama neneknya di emperan rumah warga dengan lebar satu meter dengan panjang 5 meter Rumah itu tidak punya dapur, kamar mandi. Bahkan, di depan rumah di atas sungai.
Editor : Stefanus Dile Payong