"Kami di sini mendoakan agar bangsa Indonesia dikaruniai seorang pemimpin yang bisa membawa Indonesia pada kesejahteraan. Dan pemimpin tersebut, kami yakini, adalah Bapak Ganjar Pranowo. Beliau sosok yang sangat patuh terhadap orang tuanya, serta beliau juga sangat amanah dengan tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin," tuturnya.
Syayfullah menyebut, pihaknya bertekad terus memperkenalkan sosok Ganjar ke masyarakat NTT melalui berbagai kegiatan positif. Mulai dari bantuan untuk anak-anak yatim dan duafa di tiap Jumat hingga aksi memborong dagangan para pelaku UMKM.
"Harapan saya adalah Pak Ganjar (jika jadi presiden) bisa memperhatikan pondok pesantren, santri, hingga kiai dan ulama di seluruh Indonesia, khususnya di NTT, yang di dalamnya ada beberapa pondok pesantren yang masih butuh bantuannya," harapnya.
Sementara itu, Kepala Pondok Pesantren Darul Auliya, Ustaz Dahrul Ikhwanul Umar mengatakan, dirinya sangat mendukung Ganjar untuk maju sebagai pemimpin Bangsa Indonesia, karena Ganjar telah terbukti berhasil melalui kinerja dan prestasi di Jawa Tengah.
"Kepedulian Pak Ganjar membuat pondok pesantren disentuh oleh tangan lembut dan kebaikan hati Pak Ganjar menjadi dorongan dan rangsangan positif untuk pesantren," ucapnya.
Dahrul sangat mengapresiasi kebijakan Ganjar yang selalu berusaha memberdayakan pesantren di wilayahnya. Menurut dia, hal ini sangat berguna, bukan hanya untuk pesantren tersebut, namun juga untuk masa depan bangsa Indonesia. Dahrul menyebut, pesantren bisa melahirkan tokoh-tokoh beradab, yang nantinya menjadi penerus bangsa.
"Gerakan dari Pak Ganjar untuk membangun sebuah peradaban lewat basis pesantren adalah suatu batu loncatan akan membuahkan hasil yang baik. Kepedulian pada pesantren akan melahirkan kader-kader umat yang siap memberikan nilai positif pada masyarakat secara luas," kata Dahrul.
Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com pada Rabu, 26 Oktober 2022 - 09:08 WIB oleh Puguh Hariyanto dengan judul "Santri di NTT Dukung Ganjar Presiden, Berharap Terima Program Pengembangan Pesantren".
Editor : Stefanus Dile Payong