SUMBA TIMUR, iNews.id - Rekaman video perdebatan panas antara Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) dengan Umbu Maramba Hawu (UMH), mantan Kepala Desa Kabaru sekaligus Ketua Kepercayaan Marapu (Kepercayaan Asli Sumba) viral di media sosial. Kedua tokoh ini beradu argumen soal tanah yang menjadi perbincangan warga Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur sejak dua hari terakhir.
Dalam video yang tersebar, awalnya gubernur dan rombongan bertatap muka dan dengan tokoh adat setempat. Di antara mereka ada juga masyarakat dan aparat keamanan.
“Dengar baik-baik, datang omong supaya saya urus baik-baik buat kalian. Tetapi, kalau kalian berbeda dengan pemerintah supaya ganggu, kalian akan berhadapan dengan saya. Saya tidak tembak kalian, tidak ada. Saya angkut kalian kasih masuk dipenjara. Kalian berhadapan dengan pemerintah, dengar itu baik-baik. Saya yang berurusan, saya Gubernur, saya tidak takut,” ujar VBL dalam rekaman video tersebut dikutip, Senin (29/11/2021).
Tak hanya itu, VBL juga tampak kesal dan marah ketika perkataannya di sela warga yang hadir dalam pertemuan tersebut. Terdengar suara warga menyebut tanah yang dimaksud gubernur bukanlah tanah Almarhum Umbu Mehang Kunda (Mantan Bupati Sumba Timur).
“Bukan (bukan tanah milik almarhum Umbu Mehang Kunda), dia senior. Dia datang sendiri sama saya. Bukan tempat Umbu Mehang tidak apa-apa, tetapi karena dia datang sendiri sama saya, dia ajar saya ini tempat bagaimana. Jadi, tanah ini masuk aset punya provinsi. Kau jangan bantah-bantah, nanti saya bangun saya falungku (pukul) kau,” kata VBL. Kemudian, tokoh adat UMH mempertanyakan siapa yang pernah menyerahkan tanah tersebut. Sebab menurut dia, orang tuanya tidak pernah menyerahkan tanah tersebut kepada siapa pun.
“Saya hanya mau minta tolong itu surat penyerahan itu siapa yang serahkan? Itu saja dan saya gara-gara itu tanah, saya mau mati. Keluarga saya juga mau mati. Sekarang pun mau tembak, sekarang. Saya pun mau mati,” ucap UMH.
Menanggapinya, VBL berupaya menjelaskan tujuan kedatangannya. “Siapa yang mau kasih mati? Saya datang di sini bukan untuk kasih mati lu. Saya datang di sini untuk urus kalian punya hidup. Makanya saya mau urus ini tanah. Kau mengerti atau tidak?,” kata VBL.
Dia lalu mengatakan, tidak sulit membuat orang mati. Yang sulit sebaliknya. “Ngerti kau? Saya pake kepala di sini, bikin supaya orang bisa hidup. Dengan bangun ini tempat orang hidup, bukan bikin mati orang,” ucapnya.
Sejatinya dalam video tersebut, VBL selaku gubernur dengan caranya yang spontan berusaha membangun dialog dan komunikasi dengan UMH. Dia mengajak UMH berpartisipasi, bekerja sama mendukung Pemprov NTT dalam pengembangan usaha sapi di lokasi tersebut. Jika ini terjadi tentu akan bermanfaat bagi masyarakat Sumba Timur secara keseluruhan, termasuk keluarga UMH.
“Paling benar, sekarang Bapa hidup di sini, saya Gubernur. Mari kita atur ini tempat baik-baik. Piara sapi yang dagingnya premium. Dan itu kita butuh manusia-manusia (orang) datang ke sini. Bapak berpartisipasi dan anak cucu dari Bapa akan hidup karena daging premium yang baik ke depannya. Setuju tidak kalau begitu,” kata VBL.
Pertanyaan itupun sontak dijawab dengan tidak kalah keras dan tegas oleh UMH. Dia mengaku minta klarifikasi gubernur terkait siapa yang menyerahkan tanah tersebut. Tanah yang akan dikelola menjadi ranch ternak dan kemudian menjadi aset Pemprov NTT.
“Saya tidak melawan pemerintah, tidak melawan Gubernur karena itu sudah aturannya. Tetapi kita sebagai manusia yang tahu, berarti kita harus menghargai hak ulayat. Kita harus mengharga karena ini sudah ada di dalam aturan, itu saja. Tetapi kalau Pak Gubernur kasar-kasar begini, eh saya juga tidak mau lari, mati na mati. Saya punya keluarga juga banyak, mereka mau mati juga gara-gara ini tanah,” ucap UMH.
Kala itu UMH menguraikan kepada Gubernur VBL, sebelumnya dia dan keluarga telah menyerahkan tanah 10.000 Ha ke Bina Mulya Ternak (BMT) dan juga ribuan hektare ke PT Muria Sumba Manis (MSM). “Apa lagi yang saya tidak baik ini? Itu untuk negara ini, untuk Gubernur,” katanya.
Dasar inilah kata UMH, meminta kembali lahan yang pernah dijadikan lokasi usaha ternak sapi di zaman almarhum Umbu Mehang Kunda menjabat Bupati. Karena kata dia, tidak pernah ada penyerahan hak tanah tersebut oleh orang tuanya kepada Pemprov NTT. “Makanya saya minta kembali ini Pak. Itu yang saya harapkan. Sudah berapa ribu yang sudah saya kasih. Sudah berapa ribu hektare yang saya kasih. Saya kurang baiknya di mana?,” ucapnya.
Gubernur VBL menanggapi dengan tegas bahwa tidak bisa menyerahkan kembali tanah tersebut. Jawaban yang mana justru membuat UMH menyatakan sikapnya lagi.
“Kalau begitu biar sudah kita mati. Biar kalian-kalian yang akan tembak,” katanya sembari melihat dan menujuk beberapa figur yang saat itu hadir dan mengenakan seragam aparat.
Adapun hingga kini, video itu kian tersebar dan terus memancing aneka tanggapan. Banyak yang menyarankan agar dialog bisa dilakukan dengan lebih humanis antara kedua belah pihak, tentunya secara adat dan budaya Sumba.
Editor : Stefanus Dile Payong