Agustinus Dawardja, salah satu tokoh Leda Congkar berharap generasi muda bisa membawa harapan dan optimis sebagai pembawa estafet kebudayaan Manggarai. Namun, menurut Agustinus, kerja sama dan kolaborasi lintas generasi menjadi sangat penting. Sementara Ino Sensi berharap Kilo Leda Congkar perlu diperkuat menjadi wadah pemersatu dan pengembangan diri generasi muda Leda-Congkar. Ino berharap acara Penti tersebut tidak berakhir pada acara 11 September, tetapi terus berlanjut dan bahkan harus menjadi agenda tahunan paguyuban Leda Congkar. "Semoga acara penti menjadi agenda tahunan," harapnya.
Paguyuban Leda Congkar Paguyuban Leda Congkar sebenarnya bukan wadah yang baru dibentuk, tapi sudah diinisiasi sejak tahun 1976 silam. Inisiator awalnya adalah bapak Wens Zahnidam dari Congkar. Savio Rahmat yang merupakan salah satu saksi sejarah terbentuknya kilo Leda Congkar ini mengatakan, asrama Kebun Kosong adalah tempat kali pertama berkumpulnya orang tua kilo Leda Congkar.
"Tahun 1976 itu hanya kumpul biasa-biasa saja di asrama kebun kosong. Belum berpikir untuk bikin Penti dan lain-lain. Tetapi sudah mulai karena waktu Wens Sanidam baru pulang dari Irian. Karena dia merasa butuh sekali keluarga ini, untuk sama-sama," kata Savio.
Tiga tahun berjalan tanpa ada gebrakan, persisnya tahun 1980 kata Savio, para orang tua memikirkan untuk membuat acara penti. Acara tersebut dibuat kata Savio karena keluarga Manggarai (Timur) saat itu di Jabodetabek makin banyak.
"Tahun 1980, setelah adik-adik saya pada hadir terutama Dami Ambur, Sebinus Suhardi, Gaudens Wodar, Ancis da Gomes dll. Yang berkeluarga waktu itu kurang lebih ada 7 keluarga yaitu Yakob Kedang, pengusung utama dari Satar Teu, Wens Zahnidam (Congkar), Lodo Syukur, Tote Riberu, Herman Mat, Savio, Kanis Pion dari Tanggar, Stanis Ampu dari Congkar," kisahnya. Acara penti pertama, kata Savio, digelar di rumah Almarhum Lodo Syukur. Kemudian Penti kedua yang digelar tahun 1981 juga digelar di tempat yang sama.
Selanjutnya penti ketiga yang digelar pada tahun 1982 memilih tempat di Puncak, Bogor. Persisnya di Villa Kompas. Berakhirnya penti di puncak kata Savio, vakum pula keberadaan Kilo Leda Congkar hingga puncaknya tahun 2022. Vakumnya kilo Leda Congkar kata Savio bukan tanpa alasan. Hal tersebut kata Savio karena adanya gejolak politik. Saat itu, tak sedikit orang tua yang terjun ke dunia politik.
"Terakhir, serah terima dari kaka Lodo ke Saya itu disaksikan oleh Rickar Bagun di Villa sekitar tahun 90-an sebelum kaka Lodo pulang ke Manggarai. Itu terakhir kumpul Leda Congkar dan bungkam sampai digelar lagi kemarin," katanya.
Namun, kata Savio, sejarah biarlah berlalu. Acara Penti 2022 merupakan awal kebangkitan kembali Kilo Leda Congkar Jabodetabek.
"Acara kemarin betul-betul punya kebanggaan tersendiri terhadap apa yang ponakan, cucu dan adik-adik lakukan. Saya pikir hari yang luar biasa. Hari kebangkitan awal. Saya harus katakan ini awal, bukan dulu lagi. Dulu itu hanya jejak-jejak saja," tegasnya.
Sementara acara pentas seni dan budaya yang ditampilkan kata Savio sungguh luar biasa. Apalagi loyalitas mahasiswa yang total membuat acara tersebut menjadi sukses."Ini sudah langkah bagus. Terima kasih kepada adik-adik mahasiswa. Saya melihat mereka betul-betul berbuat untuk Leda Congkar ini," kenangnya.
Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com pada Selasa, 13 September 2022 - 20:38 WIB oleh Donatus Nador dengan judul "Rawat Kearifan Lokal, Warga Leda Congkar-Flores Jabodetabek Pentas Seni Budaya". Untuk selengkapnya kunjungi:
https://daerah.sindonews.com/read/884285/174/rawat-kearifan-lokal-warga-leda-congkar-flores-jabodetabek-pentas-seni-budaya-1663074597/
Untuk membaca berita lebih mudah, nyaman, dan tanpa banyak iklan, silahkan download aplikasi SINDOnews.
- Android: https://sin.do/u/android
- iOS: https://sin.do/u/ios
Editor : Stefanus Dile Payong