KUPANG, iNewsBelu.id - Sekretaris Komite Rabies Flores dan Lembata, Asep Purnama, mengingatkan warga untuk mengenali gejala khas rabies usai digigit hewan penular rabies (HPR).
Dia menilai gejala ini perlu diketahui karena sudah ada enam warga yang meninggal akibat rabies di Sikka dan Timor Tengah Selatan (TTS), NTT, selama Mei 2023.
Terlebih, kedua kabupaten itu telah menetapkan kasus rabies yang menyebar sebagai kejadian luar biasa (KLB).
"Gejala khas rabies itu takut air dan takut udara. Kalau takut cahaya tidak khas. Sudah muncul gejala, pasti meninggal," kata Asep, Minggu (4/6/2023).
Asep menjelaskan pentingnya pengetahuan tentang gejala khas dari kasus rabies agar masyarakat waspada. Sehingga bisa melakukan pertolongan pertama yang tepat apabila terjadi gigitan.
Apabila ada gigitan HPR, virus akan masuk melalui liur dan melakukan replikasi di tempat gigitan. Virus rabies akan menginfeksi saraf atau sistem saraf perifer, kemudian bergerak secara retrograde.
Selanjutnya, virus melakukan replikasi dan bergerak ke atas menuju otak. Kemudian virus menginfeksi otak lalu bergerak dari otak melalui saraf menuju ke beberapa jaringan seperti mata, ginjal, dan kelenjar air liur.
"Begitu virus masuk lewat gigitan, segera cuci. Luka risiko tinggi, perjalanan ke otak cepat, diberikan SAR supaya bisa segera menahan atau menetralkan virus sehingga tidak sampai berlanjut replikasi ke sistem saraf pusat," katanya.
Asep mengatakan penularan virus rabies bisa diputus apabila HPR khususnya anjing telah mendapatkan vaksin.
Selain itu, penatalaksanaan yang tepat seperti cuci luka dan pemberian vaksin atau serum antirabies sesuai indikasi merupakan salah satu langkah penanganan rabies.
"Rabies memang mematikan, tapi bisa dicegah dengan tatalaksana gigitan HPR. Tapi kalau sudah muncul gejala rabies, takut air, takut udara, itu susah. Jadi jangan sampai ada gejala," katanya mengingatkan.
Berdasarkan data yang dia sampaikan, kasus kematian karena rabies tertinggi pada 2019 sebanyak 15 orang. Angka itu menurun menjadi lima kasus pada 2020, lalu empat kasus pada 2021.
Namun, angka kematian karena rabies kembali meningkat pada 2022 sebanyak sembilan orang. Lalu, ada enam orang yang meninggal terhitung dari Januari sampai Mei 2023.
"Baru lima bulan saja di tahun ini sudah ada enam kasus kematian. Kita harus tekan angka ini," kata dokter spesialis penyakit RSUD TC Hillers Maumere tersebut.
Editor : Stefanus Dile Payong
Artikel Terkait