ATAMBUA, iNews.id - Ribuan umat katolik di paroki Ratu Damai Fulur, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu Nusa Tenggara Timur memperingati jumat agung wafatnya yesus kristus di kayu salib Jumat (15/04) dengan menggelar ritual jalan salib hidup.
Perayaan sebagai rangkaian pekan suci Paskah ini diisi jalan salib mengenang kisah sengsara penyaliban Yesus. Sebagian umat tak mampu menahan haru dan meneteskan air mata sepanjang jalan salib.
Jalan salib hidup ini dimaksudkan mengingatkan manusia untuk tidak lagi berbuat dosa setelah Yesus menebus dosa manusia dengan wafat di kayu salib karena pengkhianatan muridnya yang bernama yudas saat yesus bersama ketiga muridnya-- Petrus, Yakobus dan Yohanes yang sedang berdoa di taman gestamani ditangkap pasukan kerajaan romawi. Yesus merelakan dirinya ditangkap dan dibelenggu untuk menebus dosa manusia.
Penderitaan yesus belum berakhir karena ia harus memikul salib menuju bukit golgota sepanjang perjalanan yesus mendapat hinaan dan siksaan dari pasukan romawi dan penduduk yang tak menyukainya.
Kesedihan yang mendalam dan tangis air mata keluar dari maria ibu kandung Yesus saat melihat anaknya disiksa dan memanggul kayu salib yang begitu berat ini merupakan perjumpaan terakhir antara yesus dan bunda maria.
Di bukit golgota Yesus akhirnya disalibkan di tiang salib dan diatas kayu salib ini yesus mengembuskan napas terakhirnya pada hari ketiga setelah kematian yesus bangkit menuju surga. setelah itu hari kebangkitan yesus diperingati sebagai hari paskah.
Ketua orang muda katolik paroki Fulur Dominikus Laku mengatakan, kegiatan kisah sengsara Tuhan yang di lakukan hari ini di harapkan dapat menggguah umat katolik terutama kaum muda untuk selalu menghayati kisah sengsara tuhan yang rela mati di kayu salib dan dapat menerapkan nya dalam kehidupan sehari - hari. Dirinya juga berharap agar kaum muda selalu menjadi generasi penerus bangsa dan juga gereja oleh karena itu kaum muda selalu di tuntut untuk selalu aktif dalam kegiatan - kegiatan gereja seperti ini.
" Kegiatan jalan salib ini baru pertamakali dilakukan dan dilakonkan oleh para orang muda katolik di paroki Fulur, tujuan dari kegiatan ini selain mengenang kisah sengsara Tuhan kegiatan ini juga mau mengajak umat katolik khususnya orang muda untuk selalu menghayati kisah sengsara Tuhan dalam kehidupan sehari - hari,"ungkap Dominikus.
Dominikus juga berharap kepada kaum muda yang terlibat dalam drama kisah sengara Tuhan hari ini terus merubah diri unutk menajdi pribadi yang lebih baik, dikarenakan kaum muda merupakan generasi penerus bangsa dan Negara serta masa depan gereja kedepan.
Selain itu menurut Ignasisus Lelo salah satu tokoh masyarakat mengatakan sangat berterimaksih kepada kaum muda yang telah meluangkan waktu untuk melakoni kisah sengsara Tuhan dengan sangat baik dan sangat menggugah umat yang hadir hari ini, kita harapkan kedepan para kaum muda kita ini lebih baik lagi unutk masa depan mereka kelurag dan masyarakat.
" Sebagai orangtua dan juga tokoh masyarakat kami sangat berterimakasih kepada kaummuda di paroki ini yang sudah merelakan waktu nya unutk berlatih dan melakoni kisah sengsara Tuhan pada hari ini, dan sebagai orangtua kami merasa sangat menggugah hari kami, kami berharap dengan melakoni kisah sengsara Tuhan hari ini kaum muda ini semakin baik kedepannya," katanya.
Ritual jalan salib di belu itu adalah sebagai refleksi dalam kehidupan agar setiap orang selalu melayani sesama bukan demi kepentingan pribadi seperti yang dilakoni yudas yang berkhianat kepada yesus.
Editor : Stefanus Dile Payong