Korban terbanyak ditemukan di Kota Canlaon, di mana banyak rumah terkubur lumpur. Air membawa material bekas letusan Gunung Kanlaon.
"Letusan gunung berapi Kanlaon pada tahun lalu telah mengendapkan material vulkanik di bagian atas. Ketika hujan turun, endapan tersebut bergemuruh turun ke desa-desa," ujarnya seperti dikutip dari AFP, Kamis (6/11/2025).
Padahal sebelumnya otoritas Negros hanya mencatat satu korban tewas akibat Topan Kalmaegi.
Sebelumnya 17 korban tewas dilaporkan di luar Cebu. Angka tersebut sudah termasuk enam kru helikopter militer yang tewas akibat kecelakaan saat menjalankan misi bantuan topan.
Wilayah di sekitar Kota Cebu diguyur hujan dengan intensitas 183 mm dalam 24 jam, sebelum Kalmaegi menerjang daratan, jauh di atas rata-rata bulanan 131 mm.
Para ilmuwan memperingatkan badai yang menerjang Filipina menjadi lebih kuat karena perubahan iklim disebabkan oleh manusia. Lautan yang lebih hangat memungkinkan topan menguat dengan cepat dan atmosfer yang lebih hangat menahan lebih banyak kelembaban, yang berarti curah hujan lebih deras.
Editor : Stefanus Dile Payong
Artikel Terkait
