Bertemu Korban Penyintas Pelecehan Seksual Katolik, Ini Pesan Korban Untuk Paus Leo

Erha Aprili Ramadhani, Evan Payong
Paus Leo Bertemu Penyintas Pelecehan Seksual Katolik, Ini Permintaan Korban (Foto : MPI )

KOTA VATIKAN, iNews.id  - Paus Leo bertemu para penyintas pelecehan seksual oleh para klerus Katolik untuk pertama kalinya pada Senin (20/10/2025). Hal ini diungkap para peserta, beberapa hari setelah Komisi Perlindungan Anak Vatikan menuduh para pemimpin senior Gereja terlalu lambat membantu para korban.

1. Paus Bertemu Penyintas Pelecehan Seksual Katolik
Kelompok tersebut menyebutkan, Leo mengadakan pertemuan dengan Ending Clergy Abuse, sebuah koalisi internasional para penyintas. Pertemuan tersebut melibatkan empat korban dan dua advokat. Mereka menyatakan, pertemuan berlangsung sekitar satu jam dengan "momen dialog yang signifikan".

Gereja yang beranggotakan 1,4 miliar orang ini telah terguncang selama beberapa dekade oleh skandal-skandal di seluruh dunia yang melibatkan pelecehan dan upaya menutup-nutupi. Ini merusak kredibilitasnya dan menyebabkan kerugian ratusan juta dolar dalam penyelesaian. 

Seorang penyintas asal Kanada yang ikut serta dalam pertemuan, Gemma Hickey, mengatakan Leo bertemu dengan para korban di kantornya di istana apostolik Vatikan, berfoto bersama mereka, dan mendengarkan dengan saksama.

"Kami mengatakan kepadanya bahwa kami datang sebagai pembangun jembatan, siap untuk berjalan bersama menuju kebenaran, keadilan, dan penyembuhan."

"Saya meninggalkan pertemuan itu dengan harapan," kata Janet Aguti, seorang penyintas asal Uganda yang juga hadir dalam pertemuan tersebut. 

"Ini adalah langkah besar bagi kami."

Sebuah laporan yang luar biasa kritis dari Komisi Perlindungan Anak Vatikan, yang dikeluarkan pada Kamis, menyalahkan para uskup senior karena tidak memberikan informasi kepada para korban tentang bagaimana laporan pelecehan mereka ditangani atau apakah uskup yang lalai telah diberi sanksi.

2. Undang-Undang Nol Toleransi
Leo, paus pertama AS, terpilih pada 8 Mei untuk menggantikan mendiang Paus Fransiskus. Para penyintas mengatakan Leo masih bergulat dengan besarnya skandal Gereja.

"Saya pikir dia masih dalam fase di mana dia mencoba mencari cara terbaik untuk mengatasi masalah-masalah ini," kata Matthias Katsch.

"Masa-masa di mana seorang Paus hanya mengucapkan satu kalimat dan semuanya beres sudah berakhir," tutur Katsch.

Para peserta pertemuan mengatakan mereka meminta Leo untuk menciptakan kebijakan tanpa toleransi global bagi para pastor yang dituduh melakukan pelecehan. Ini merupakan sesuatu yang telah diperjuangkan oleh para penyintas.

Salah satu pendiri Ending Clergy Abuse, Timothy Law, mengatakan dia menyampaikan kepada Leo bahwa para uskup AS memiliki undang-undang tanpa toleransi, yang diberlakukan pada 2002 setelah pelaporan ekstensif tentang skandal pelecehan di Boston. "Mengapa kita tidak bisa menjadikannya universal?" tanya Law kepada Paus.

Leo, mantan Kardinal Robert Prevost, diketahui telah bertemu para penyintas di awal kariernya, ketika ia menjadi misionaris dan uskup di Peru. Fransiskus, yang meninggal pada bulan April, menjadikan penanggulangan pelecehan oleh pendeta sebagai prioritas selama 12 tahun masa kepausannya, dengan hasil yang beragam.

Editor : Stefanus Dile Payong

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network