BELU, iNewsBelu.id - Bahan bakar nabati berbasis jerami karya anak bangsa, Bobibos, resmi memasuki tahap produksi massal di Timor Leste setelah ditekennya nota kesepahaman (MoU) antara pihak pengembang dan pemerintah setempat. Langkah ini merupakan tonggak penting dalam ekspansi energi terbarukan Indonesia ke pasar internasional.
Bobibos merupakan inovasi bioenergi yang dikembangkan oleh PT yang bergerak di sektor energi terbarukan, dengan potensi untuk menjadi alternatif bahan bakar ramah lingkungan. Dukungan pemerintah Timor Leste terlihat nyata lewat penyediaan fasilitas pabrik dan lahan bahan baku seluas 25.000 hektare, termasuk sekitar 5.700 hektare yang telah disiapkan untuk pemasokan jerami sebagai bahan baku utama.
Pembina Bobibos, Mulyadi, yang juga merupakan anggota DPR RI dari Komisi XI, menjelaskan bahwa produksi massal di Timor Leste berjalan karena keterbatasan regulasi di Indonesia. Saat ini, kebijakan nasional di Tanah Air baru mengatur bioenergi dari sumber seperti sawit, aren, dan tebu, sementara jerami belum masuk dalam daftar bahan baku yang diakui.
Meski begitu, Mulyadi menegaskan bahwa Bobibos tetap membuka peluang untuk diproduksi secara besar-besaran di Indonesia jika pemerintah memberikan payung hukum yang jelas dan resmi. Dengan potensi jerami dari lebih 11 juta hektare sawah di Indonesia, produksinya diperkirakan bisa menghasilkan sekitar 20 miliar liter per tahun, yang dinilai dapat meringankan beban energi nasional.
Selain dukungan lahan dan fasilitas produksi, Pemerintah Timor Leste juga menetapkan target agar produksi perdana Bobibos bisa dimulai pada awal 2026, bahkan ada upaya untuk mempercepat proses agar bisa diluncurkan pada Januari mendatang.
Pengembangan Bobibos ini telah dilaporkan kepada Presiden Prabowo Subianto melalui jalur komunikasi berjenjang baik di internal partai maupun legislasi, sehingga pemerintah Indonesia dianggap mengetahui perkembangan ekspor bioenergi ini.
Upaya ini menjadi salah satu langkah strategis dalam memperkenalkan inovasi energi terbarukan Indonesia di kancah global dan membuka peluang kerja sama bilateral di sektor energi hijau.
Editor : Stefanus Dile Payong
Artikel Terkait
