Pada 14 Maret 2024, Novita bersama suami menuju RSUD Larantuka dan tiba di sana sekitar pukul 11.00 Wita. Setelah melewati beberapa proses administrasi, korban diperbolehkan memasuki ruangan khusus ibu hamil yakni ruang Mawar. Korban dibaringkan di ruang tersebut tanpa ada tindakan kurang lebih 7 jam.
Lalu sekitar pukul 18.00 wita, pihak medis RSUD Larantuka baru mulai memberikan obat perangsang sebanyak empat kali. Namun, sampai dengan 15 Maret 2024 pagi, belum juga ada tanda- tanda melahirkan karena menurut tenaga medis kondisi korban baru pembukaan dua. Dokter akhirnya menawarkan kepada suami korban untuk menggunakan obat perangsang jenis tetes infus.
Setelah Paulus berembuk dengan korban perihal saran dokter, keduanya bersepakat untuk mengikuti saran dokter, karena jenis obat yang sama pernah dipakai saat korban melahirkan anak pertama. Pada saat dipasang obat tersebut, tanda-tanda melahirkan mulai nampak. Karena dari dua pembukaan, sudah naik sampai empat pembukaan.
Karena ada perubahan, maka pada 16 Maret 2024, pihak medis kembali memasang obat perangsang jenis tetes infus untuk botol yang ke dua dan terjadi perubahan pesat. Dari pembukaan empat menjadi pembukan tujuh bahkan sampai pada pembukaan normal namun posisi bayi masih di perut bagian atas.
Sekitar pukul 17.30 wita, sang suami bersama Novita menyampaikan ke pihak medis bahwa, kondisi korban semakin lemah dan sebaiknya dilakukan operasi CSAR saja. Permohonan korban dan suaminya ini disetujui oleh Dokter. Maka keluarlah jadwal operasi CSAR pada pkl. 20.00 wita. Korban bahkan disuruh untuk mulai berpuasa.
Setelah selesai botol kedua, pihak medis hendak memasang botol ketiga, namun hal tersebut ditolak Novita bersama suami karena melihat kondisi korban sudah drop. Pihak medis akhirnya memutuskan untuk memasang infus biasa. Setelah dipasang infus, Novita mulai merasakan sakit kepala. Paulus kemudian memanggil pihak medis untuk melakukan tindakan medis. Pihak medis kemudian melakukan tensi darah. Hasilnya 60/100 dan detak jantung mulai tidak normal.
Pihak medis kemudian memasang oksigen dan keteter. Namun, setelah pemasangan oksigen, kondisi perut korban menjadi tidak wajar. Perut bagian atas dan bagian bawah pusat terlihat kembung, sementara di bagian pusat rata seolah tidak hamil.
Pihak medis kembali memasang keteter kedua sekitar pukul 18.00 wita, namun pada saat memasang keteter, Novita mulai mengalami pendarahan hebat. Pada saat itu pihak medis mulai panik dan menghubungi dokter specialis. Dokter menganjurkan segera melakukan vakum karena Novita sudah mengalami kesulitan untuk melahirkan.
Setelah dilakukan vakum, Novita akhirnya dapat melahirkan, namun kondisi bayi sudah tidak bernyawa. Pihak medis melanjutkan untuk mengeluarkan ari–ari bayi (plasenta) dengan cara paksa dalam keadaan korban sudah sangat drop dan tak sadarkan diri. Namun, usaha untuk mengeluarkan plasenta tersebut gagal.
Editor : Stefanus Dile Payong
Artikel Terkait