Kritik Kemunduran Demokrasi Era Jokowi, Bawa Obor Aktivis Reformasi 98 Jalan Mundur ke Istana Negara
"Apakah itu sebuah settingan, apakah itu sebuah rekayasa? Bagaimana profesor, guru besar yang selama ini mereka menjaga jarak dengan kehidupan politik praktis, tiba-tiba berbicara. Pasti kan ada sesuatu, fenomena sosial yang menggerakkan mereka. Ini harus dilihat secara obyektif dan jernih," kata Widihasto Wasana Putra, aktivis eks UAJY. In'am eL Mustofa, aktivis eks UIN juga berujar jika lawan saat ini berbeda dengan kala reformasi dulu. Jika era reformasi dulu lawan adalah rezim yang otoriter namun kini adalah rezim yang berdiri di tengah demokrasi.
"Kalau dulu lawan kita rezim yang otoriter, sekarang lawan kita rezim yang berdiri di tengah demokrasi. Rezim despotik, di atas otoritarian, haris kita lawan, jangan tinggal diam," ucapnya.
Massa dalam aksinya membawa obor sembari mengarak keris pusaka luk 11 tangguh Pajang Mataram. Tiap-tiap elemen dalam aksi ini merupakan simbolisasi aspirasi yang mereka gaungkan. Seperti Tanjek Yoni sebagai pusaka atau kekuatan yang dipercaya untuk menyingkirkan angkara murka dan keserakahan. Sementara Alun-alun Utara dipilih menjadi titik awal keberangkatan karena sejarah pelataran Keraton Yogyakarta sebagai tempat terselenggaranya Pisowanan Ageng tanggal 20 Mei 1998.
Editor : Stefanus Dile Payong
Artikel Terkait