DHAKA, iNewsBelu.id - Demonstrasi anti-pemerintah di Bangladesh yang berlangsung sejak akhir Oktober lalu merenggut nyawa manusia. Massa membakar kereta api penumpang yang masih beroperasi, Selasa (19/12/2023), di tengah seruan aksi mogok nasional. Kereta yang dibakar dinaiki banyak penumpang sehingga menimbulkan korban jiwa, empat orang tewas, termasuk anak dan ibunya.
Massa menggelar demonstrasi dan aksi mogok nasional mendesak agar pemerintah segera mundur menjelang pemilihan umum (pemilu) yang digelar bulan depan. Namun demonstrasi yang digelar sejak 28 Oktober itu berlangsung anarkistis.
Awalnya unjuk rasa berlangsung tertib, namun karena tuntutan mereka tak dipenuhi, massa mulai beringas, membakar puluhan bus dan kendaraan. Sejak demonstrasi anti-pemerintah pecah, enam orang tewas.
"Para pendukung aksi mogok membakar tiga gerbong kereta ekspres. Empat jenazah ditemukan di salah satu gerbong," kata pejabat dinas pemadam kebakaran, Shahjahan Shikder, dikutip dari Reuters. Dia menambahkan, di antara korban tewas adalah perempuan 32 tahun dan anaknya yang berusia 3 tahun.
Tak diketahui pasti ada berapa orang di dalam kereta saat dibakar. Namun yang jelas kereta itu dalam perjalanan menuju Ibu Kota Dhaka dari Distrik Netrokana. Para penumpang melihat api sudah membesar saat kereta hampir sampai di tujuan. "Selain kereta yang dibakar, ada bagian rel kereta di beberapa tempat yang dicuri," ujar Menteri Perkeretaapian Bangladesh, Nurul Islam Sujan.
Dia menambahkan, sulit untuk memantau keamanan perjalanan kereta karena jumlah petugas tak sebanding dengan panjang jalur kereta yang harus diawasi. Meski demikian pemerintah akan mengerahkan 2.700 tentara bantuan dalam beberapa hari untuk menjaga keamanan kereta dan lintasan.
Bangladesh dilanda krisis politik. Kelompok oposisi dari Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) mendesak Perdana Menteri Sheikh Hasina mundur untuk memberi jalan bagi pemerintahan yang netral mengawasi pemilu yang berlangsung pada 7 Januari 2024
Hasina berulang kali menolak seruan oposisi untuk mundur seraya menyalahkan BNP atas demonstrasi mematikan untuk mendukung tuntutan mereka. Sementara itu terkait kebakaran kereta, pemimpin senior BNP, Ruhul Kabir Rizvi, membantah keterlibatan kelompoknya. Dia justru menuduh balik pemerintah seraya menyerukan penyelidikan hukum atas sabotase tersebut. “Perbuatan keji dan kejam seperti ini hanya mungkin terjadi dengan bantuan kekuatan ilegal dan anti-rakyat,” kata Rizvi.
Meski demikian pada beberapa aksi sebelumnya, massa anti-pemerintah juga membakar kendaraan termasuk alat transportasi yang melintas di jalanan.
Editor : Stefanus Dile Payong
Artikel Terkait