Netanyahu juga menolak seruan gencatan senjata di Gaza, dengan mengatakan bahwa menghentikan operasi militer berarti "menyerah kepada Hamas, menyerah pada terorisme, menyerah pada barbarisme".
“Hari ini kita menarik garis antara kekuatan peradaban dan kekuatan barbarisme,” katanya dalam konferensi pers pada Senin (30/10/2023). “Israel akan melawan kekuatan barbarisme sampai meraih kemenangan. Saya berharap dan berdoa agar negara-negara beradab di mana pun akan mendukung perjuangan ini,” lanjutnya.
Badan-badan bantuan terus-menerus menyerukan penghentian pertempuran untuk mengirim bantuan ke wilayah yang terkepung
Sebelumnya, militer Israel mengatakan tank dan tentara terus memperluas operasi darat mereka di Gaza semalaman, menewaskan puluhan pejuang Hamas yang dibarikade di gedung-gedung dan terowongan.
Serangan udara dan artileri telah mencapai 600 “target teror” lainnya selama 24 jam sebelumnya, termasuk gudang senjata, posisi peluncuran rudal anti-tank dan tempat persembunyian, tambahnya.
Wartawan BBC Rushdi Abu Alouf, yang tinggal di kota selatan Khan Younis, mengatakan insiden di Jalan Salah al-Din penting karena Gaza terbelah dua selama satu periode.
Dia juga mengatakan serangan udara di wilayah selatan lebih sedikit dalam beberapa hari terakhir, dan pasukan Israel tampaknya fokus pada serangan ke wilayah utara.
Peta Gaza menunjukkan zona di utara dimana pemerintah Israel telah memerintahkan warga sipil untuk mengungsi dengan bergerak ke selatan Wadi Gaza.
Sekitar 600.000 orang masih diyakini berada di wilayah utara meskipun militer Israel memerintahkan mereka untuk mengungsi dan menuju ke selatan sungai Wadi Gaza demi keselamatan mereka sendiri.
Editor : Stefanus Dile Payong
Artikel Terkait