Siswondo Parman atau yang dikenal dengan S. Parman merupakan salah satu petinggi TNI AD di masa Orde Lama yang juga turut menjadi korban G30S. Ia lahir Wonosobo, Jawa Tengah, pada 4 Agustus 1918. Pendidikan militernya sebenarnya lebih fokus di bidang intelijen. Ia pernah dikirim ke Jepang untuk misi memperdalam ilmu intelijen pada Kenpei Kasya Butai.
Pengalamannya di bidang intelijen sangat penting bagi TNI saat itu. Ia disebut telah mengetahui rencana-rencana PKI yang ingin membentuk angkatan kelima. Nahas, ia diculik dan dibunuh bersama para jenderal lain pada 1 Oktober 1965 dini hari. Pangkat terakhirnya adalah Mayjen sebelum diberi gelar anumerta Letnan Jenderal (Letjen) setelah meninggal.
4. Letjen (Anumerta) M.T. Haryono
Mas Tirtodarmo Haryono atau yang lebih dikenal dengan M. T. Haryono lahir pada 20 Januari 1924 di Surabaya, Jawa Timur. Haryono pernah mengikuti Ika Dai Gaku (sekolah kedokteran) di Jakarta pada masa pendudukan Jepang. Baru setelah kemerdekaan Indonesia, M. T. Haryono terjun ke militer dengan bergabung bersama TKR dan meraih pangkat Mayor. Ia piawai dalam berbahasa Belanda, Inggris, dan Jerman.
Haryono kemudian fokus di Kementerian Pertahanan dan sempat menjabat sebagai Sekretaris Delegasi Militer Indonesia. Pada tahun 1950, ia kemudian menjadi Atase Militer RI untuk Negeri Belanda dan Direktur Intendans dan Deputi Ill Menteri/Panglima Angkatan Darat tahun 1964. Nahas, di tahun M. T. Haryono gugur di tahun 1965 bersama dengan para petinggi TNI AD lain.
Pangkat terakhirnya adalah Mayjen sebelum diberi gelar anumerta Letnan Jenderal setelah meninggal. Pangkat terakhirnya adalah Mayjen sebelum diberi gelar anumerta Letnan Jenderal (Letjen) setelah meninggal.
5. Mayjen (Anumerta) D. I. Panjaitan
Donald Ignatius Panjaitan atau D. I. Panjaitan adalah perwira yang lahir pada 9 Juni 1925 di Balige, Tapanuli. Saat pendudukan Jepang, ia menempuh pendidikan militer Gyugun. D.I. Panjaitan sempat ditempatkan di Pekanbaru, Riau hingga masa proklamasi kemerdekaan. Setelah Indonesia merdeka, ia ikut dalam membentuk TKR dan memiliki karier cemerlang di militer. Menjelang akhir hayatnya, D.I. Panjaitan diangkat menjadi Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat dan memperoleh tugas belajar ke Amerika Serikat. Pangkat terakhirnya adalah Brigjen sebelum diberi gelar anumerta Mayor Jenderal (Mayjen) setelah meninggal.
6. Mayjen (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo
Sutoyo Siswomiharjo lahir 28 Agustus 1922 di Kebumen, Jawa Tengah. Ia menempuh pendidikan di Balai Pendidikan Pegawai Tinggi di Jakarta saat masa pendudukan Jepang dan menjadi pegawai negeri pada Kantor Kabupaten di Purworejo. Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Sutoyo masuk TKR bagian Kepolisian dan akhirnya menjadi anggota Korps Polisi Militer.
Ia diangkat menjadi ajudan Kolonel Gatot Subroto dan kemudian menjadi Kepala Bagian Organisasi Resimen II Polisi Tentara di Purworejo. Kariernya terus melesat hingga tahun 1961 diserahi tugas sebagai Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat. Sayangnya,Sutoyo yang menentang pembentukan angkatan kelima juga harus ikut gugur dalam peristiwa G30S. Pangkat terakhirnya adalah Brigjen sebelum diberi gelar anumerta Mayor Jenderal (Mayjen) setelah meninggal.
Editor : Stefanus Dile Payong
Artikel Terkait