JAKARTA, iNewsBelu.id - Patung Pancoran merupakan salah satu bangunan ikonik yang ada di Jakarta. Padahal patung yang berada di depan kompleks perkantoran Wisma Aldiron Dirgantara (dulu Markas Besar TNI AU) memiliki nama asli Patung Dirgantara. Bukan tanpa sebab patung yang berlokasi di simpang Pancoran, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan itu diberi nama Patung Dirgantara. Pembangunannya berawal dari ambisi Presiden Soekarno menghadirkan citra dunia penerbangan Indonesia (dirgantara) yang perkasa.
Patung ini berwujud sesosok manusia angkasa yang perkasa berdiri di atas tugu yang melengkung. Penggambaran ini menunjukkan semangat bangsa Indonesia didasarkan pada kejujuran, keberanian, dan semangat mengabdi. Dibangun pada tahun 1964-1966, Patung Dirgantara merupakan rancangan Edhi Sunarso, maestro pematung Indonesia. Patung ini, menurut Edhi merupakan gambaran untuk memimpin penerbangan Indonesia agar lebih maju.
Hal ini juga ditunjukkan dengan sikap tangan patung yang menunjuk ke arah depan. Bukan sembarang arah, Patung Dirgantara ini rupanya menunjuk ke arah utara tepatnya ke Bandar Udara Internasional Kemayoran. Di masa itu, Bandara Kemayoran merupakan pintu gerbang Indonesia yang melayani seluruh rute penerbangan domestik dan internasional. Namun, Bandara Kemayoran sudah berhenti berfungsi sejak 1985.
Hal menarik lainnya, pose patung ini ternyata diperagakan oleh Soekarno, sementara wajah patung mengambil rupa Edhi Sunarso, sang perancang. Selain itu, ketika proses pemasangan Patung Pancoran ini, Soekarno selalu menunggu sambil mengawasi.
Aparat keamanan sering merasa kewalahan saat bertugas menjaga keamanan sang Presiden saat mengawasi pembangunanya. Patung Pancoran ini dikerjakan oleh pematung keluarga Arca Yogyakarta PN Hutama Karya dan Ir Sutami sebagai arsitek pelaksana.
Proses pengecoran dilakukan oleh pemimpin I Gardono. Pengerjaan patung ini sebenarnya selesai di tahun 1964 di Yogyakarta, namun terhambat karena ada peristiwa G30S PKI di tahun 1965 sehingga akhirnya baru dapat diselesaikan pada akhir tahun 1966. Berat keseluruhan patung ini yaitu 11 ton yang terbuat dari bahan perunggu dengan tinggi 11 meter.
Sedangkan tinggi voetstuk (kaki patung) 27 meter. Pemasangan patung ini menggunakan derek tarikan tangan, terbagi dalam beberapa bagian yang masing-masing beratnya 1 ton. Biaya pemasangan patung dibayarkan sekitar Rp5 juta dari total dana Rp12 juta yang sementara masih ditanggung oleh Edhi Sunarso. Biaya pemasangan patung pun tidak pernah dilunasi oleh pemerintah walau Soekarno sempat menjual mobil pribadinya seharga Rp1 juta. Patung Dirgantara merupakan monumen terakhir yang tidak sempat diresmikan oleh Soekarno karena dia keburu meninggal dunia. Sementara perancang patung, Edhi Sunarso wafat pada 4 Januari 2016.
Artikel ini telah tayang www.inews.id dengan judul " Kisah Soekarno Tak Sempat Resmikan Patung Pancoran meski Selalu Awasi Pembangunannya ", Klik untuk baca: https://www.inews.id/news/nasional/kisah-soekarno-tak-sempat-resmikan-patung-pancoran-meski-selalu-awasi-pembangunannya/2.
Editor : Stefanus Dile Payong