3. Sempat Melapor ke Polisi
Besok paginya, handphone suaminya ditinggal dan Ia dikunci dari luar. Dengan menggunakan HP suaminya yang tertinggal EF lalu memfoto luka lebam ke bibirnya, selanjutnya diberitahukan kepada orangtua EF.
“Orangtua aku marah dan langsung dilaporkan ke Polres Banyuasin dan diarahkan ke Polda Sumsel, dalam kasus KDRT,” katanya.
4. Dicekik dan Ditendang
Namunsudah jalan satu bulan, laporan tersebut dicabut EF. Dan KDRT kembali terulang sekitar lima hingga enam bulan setelah anaknya lahir bahkan malah semakin parah.
"Aku dianiaya, saat berada Rusun Polres Banyuasin. Leher dicekik dan ditendang. Kejadian itu juga sempat disaksikan oleh salah seorang polwan yang tinggal di depan di rumah kami. Polwan itu tahu karena anak aku menangis terus dan membuat tetangga curiga," jelas EF.
Dan kasus penganiayaan kedua ini juga sudah dilaporkan kembali ke Polda Sumsel. Dalam laporan disebutkan bahwa sebelum saat terjadi perdamaian disebutkan, jika terjadi kasus yang sama, maka berkas kasus yang lama bisa dinaikan lagi.
Setelah dikoordinasi, akhirnya laporan EF dengan kasus KDRT diterima di SPKT Polda Umum untuk pidana umum dan untuk kode etiknya dilaporkan ke Unit Yanduan Bid Propam Polda Sumsel di bulan Mei 2022.
"Bodohnya aku, karena bujuk rayunya, laporan tersebut dicabut lagi dengan perjanjian tidak akan mengulangi lagi," sesal EP.
Kemudian, sifat Ade berubah, biasanya kalau EF sakit, Ade dengan cepat merespons tetapi ini tidak sama sekali.
“Sudah dua kali saya melaporkan kasus KDRT hingga ke Propam Polda Sumsel, namun selalu selesai dengan perdamaian. Dan mirisnya lagi, setiap kali kami bertengkar, Ade selalu mengungkit dan menghina dengan omongan yang tidak enak dan selalu ada ancaman.
“Saya kalau diceraikan masih banyak gadis yang mau, saya ganteng dan masih bisa mencari wanita lain. Dan kalau saya sudah dicerai, saya belum tentu dapat bujangan,” ungkap EF.
Editor : Stefanus Dile Payong
Artikel Terkait