WASHINGTON DC, iNews.id – Persediaan rudal Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS) kiriman AS ke Ukraina diperkirakan habis dalam 3–4 bulan ke depan di tengah operasi militer Rusia di negara bekas Uni Soviet itu. Hal itu diungkapkan oleh laporan Newsweek pada Jumat (12/8/2022), dengan mengutip purnawirawan Korps Marinir AS, Kolonel Mark Cancian. Dia yakin, pada beberapa titik, Amerika Serikat harus mengurangi jumlah rudal HIMARS yang dipasok ke Ukraina, demi mencegah menipisnya persediaan untuk AS sendiri.
Menurut dia, para pejabat sipil dan militer AS harus mencapai kesepakatan tentang masalah itu. Cancian menuturkan, waktu 3–4 bulan baru berupa prediksi kasarnya saja. Beberapa kalangan bahkan memperkirakan pasokan rudal HIMARS di Ukraina akan bertahan sekitar satu bulan saja. Akan tetapi, dia tidak berpikir Ukraina bakal menembakkan rudal-rudal kiriman AS secepat itu.
Cancian mengatakan, berdasarkan perkiraannya, Amerika Serikat telah memproduksi sekitar 50.000 rudal sejak 2004, ketika produksi dimulai. Semantara itu, sebanyak 5.800 rudal akan diperoleh sepanjang tahun ini saja. Pada saat yang sama, pemerintahan AS di bawah Presiden Joe Biden telah memberikan Ukraina sekitar sepertiga alias 10.000 rudal HIMARS dari persediaan yang dimiliki militer AS.
Pensiunan kolonel itu juga mengatakan, pabrikan Lockheed Martin memang sedang mencoba untuk meningkatkan tingkat produksi. Akan tetapi, untuk melakukannya juga butuh waktu, biasanya sekitar 18 hingga 24 bulan. Sementara peluncur HIMARS saat ini tidak dalam produksi.
Meskipun masih belum jelas berapa banyak HIMARS yang dimiliki Amerika Serikat saat ini, diketahui bahwa pada 2009 Lockheed Martin memproduksi sekitar 250 unit untuk Angkatan Darat dan Korps Marinir AS, menurut laporan Newsweek. Menurut data resmi, Amerika Serikat sampai saat ini telah memasok Ukraina dengan 16 sistem HIMARS beserta amunisinya. Sebelumnya, pada bulan ini juga, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu menklaim pasukan Moskow telah menghancurkan setidaknya enam peluncur HIMARS dan sekitar 200 rudal selama operasi militer khusus yang sedang berlangsung di Ukraina.
Editor : Stefanus Dile Payong
Artikel Terkait