TEPI BARAT, iNews.id - Presiden Palestina Mahmoud Abbas menuduh Israel menghancurkan formula perdamaian solusi dua negara. Dia mendesak dunia internasional untuk menyelamatkan formula itu yang sejak puluhan tahun lalu menjadi landasan diplomasi untuk mengatasi konflik kedua pihak.
Dalam pidatonya di Sidang Majelis Umum PBB melalui video, Jumat (24/9/2021) waktu New York, Abbas menyinggung soal ekspansi terus menerus Israel dengan mebangun permukiman Yahudi di wilayah pendudukan Palestina, Tepi Barat. Wilayah itu direbut Israel dalam Perang Arab-Israel pada 1967.
Dia bahkan mengancam akan mencabut pengakuan Palestina atas Israel jika tidak menarik diri dari Tepi Barat, Jalur Gaza, serta Yerusalem Timur dalam waktu setahun.
"Jika ini tidak tercapai, mengapa mempertahankan pengakuan Israel berdasarkan perbatasan 1967? Mengapa mempertahankan pengakuan ini?" kata Abbas, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (25/9/2021). BACA JUGA:
Dalam pidato itu, Abbas juga menuduh Israel memberlakukan praktik apartheid terhadap warga Palestina.
"Keadaan di lapangan pasti akan memaksakan hak politik yang sama dan penuh bagi semua di tanah Palestina yang bersejarah, dalam satu negara. Dalam semua kasus, Israel harus memilih," kata Abbas.
Sementara itu Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan mengkritik pidato Abbas dengan balik menuduh Palestina lah yang menolak berdamai dengan Israel.
"Pidato Abu Mazen (Abbas) penuh dengan kebohongan. Mereka yang benar-benar mendukung perdamaian dan negosiasi tidak mengancam ultimatum angan-angan," ujarnya.
Para kritikus mengatakan perpecahan internal Palestina juga berkontribusi pada kebuntuan dalam pembicaraan damai yang disponsori AS, yang gagal pada tahun 2014. Sementara itu Perdana Menteri Israel Naftali Bennett akan menyampaikan pidato di Sidang Majelis Umum PBB pada Senin. Dia merupakan sosok yang menentang berdirinya negara Palestina namun pemerintahnya berjanji untuk menghindari keputusan sensitif, sebaliknya fokus pada masalah ekonomi.
"Pidato Abu Mazen (Abbas) penuh dengan kebohongan. Mereka yang benar-benar mendukung perdamaian dan negosiasi tidak mengancam ultimatum angan-angan," ujarnya.
Para kritikus mengatakan perpecahan internal Palestina juga berkontribusi pada kebuntuan dalam pembicaraan damai yang disponsori AS, yang gagal pada tahun 2014.
Sementara itu Perdana Menteri Israel Naftali Bennett akan menyampaikan pidato di Sidang Majelis Umum PBB pada Senin. Dia merupakan sosok yang menentang berdirinya negara Palestina namun pemerintahnya berjanji untuk menghindari keputusan sensitif, sebaliknya fokus pada masalah ekonomi.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden menegaskan kembali dukungannya untuk solusi dua negara dalam pidato pada Selasa lalu. Dia mengatakan solusi dua negara menjamin kepastian masa depan Israel sebagai negara Yahudi, demokratis, yang hidup damai bersama negara Palestina yang layak dan demokratis.
Editor : Stefanus Dile Payong