BONE, iNews. id - Mandi keringat dan basah kuyup menyeberangi derasnya arus sungai, dengan suka cita dilakuka Mega Armini. Wanita cantik berhijab ini, hendak menuju ke salah satu dusun terpencil di Desa Bontoaji, untuk menolong seorang wanita yang hendak melahirkan.
Bukan hanya derasnya arus sungai yang harus dihadapi bidan desa ini. Dia juga harus menerobos lebatnya hutan, demi memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat di desa kelahirannya tersebut, yakni Desa Bontocani, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
Tak jarang, Mega Amini yang sudah 12 tahun mengabdikan diri sebagai bidan desa ini, harus mengendarai motor trail sendirian, menyusuri jalan setapak yang menanjak, berkelok, dan menurun curam dalam kondisi sangat licin akibat hujan.
Bidan desa ini harus bertaruh nyawa, melintasi alam desanya yang masih berupa hutan dengan kondisi jalan sering terputus akibat banjir dan longsor. Bahkan, acap kali dia menyeberangi sungai berarus deras tanpa ada alat pengaman seperti pelampung dan tali.
"Sebagai manusia, pastinya ada perasaan takut juga saat harus menerobos banjir, apalagi di tengah malam. Tetapi, sebagai bidan tentunya saya harus berani melintasinya demi bisa melayani masyarakat yang membutuhkan," tutur Mega Armini.
Dari pengakuan Mega Armini, tak hanya menerobos banjir dia kadang pergi menolong warga pada tengah malam dengan melewati hutan lebat, dan jalan yang berlumpur. Sebagian jalan di desanya sulit dijangkau dengan mobil, dan masih masuk kawasan hutan, sehingga belum memiliki aksesbilitas yang baik.
Di antara rasa lelah, dan takut yang harus dilawannya, ada kebahagiaan bagi Mega Armini dapat mengabdikan diri untuk masyarakat di desanya. Bahkan, sejak kecil dia sudah bercita-cita menjadi bidan desa, dan mengabdikan diri untuk masyarakat di desanya.
Dia berharap, ke depan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dapat memberikan kebijakan khusus di desanya, dengan meminjamkan sebagian lahan hutan untuk jalan akses menuju dua dusun, sehingga warga desa dapat dengan cepat menjangkau Puskesmas.
Editor : Stefanus Dile Payong