JENEWA, iNews.id – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengusulkan studi fase kedua untuk meneliti asal-usul virus
corona di China. Usulan itu termasuk audit laboratorium dan pasar di Kota Wuhan.
Badan PBB itu pun menyerukan transparansi dari pihak berwenang di negeri tirai bambu untuk mendukung penelitian
tersebut.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, studi fase kedua akan membutuhkan kajian tentang
manusia, perdagangan satwa liar dan hewan di pasar-pasar Wuhan. Tak terkecuali pasar grosir Huanan.
“(Studi) itu juga akan membutuhkan audit laboratorium dan lembaga penelitian terkait yang beroperasi di area kasus
manusia awal yang diidentifikasi pada Desember 2019,” ungkap Tedros dalam pernyataan yang dirilis pada Jumat
(16/7/2021).
Para diplomat mengungkapkan, China—yang menolak kembalinya para ilmuwan internasional ke Wuhan—menyuarakan
keberatan atas rencana studi fase kedua WHO itu. Dalam pembicaraan tertutup, perwakilan Beijing menyebut rencana
penelitian tersebut tak bisa dijadikan dasar untuk berbagai studi di masa mendatang.
Januari lalu, sebuah tim yang dipimpin WHO menghabiskan waktu empat minggu di Kota Wuhan untuk meneliti asal-usul
Covid-19. Para peneliti China dalam laporan bersama pada Maret lalu mengatakan bahwa virus itu mungkin telah
ditularkan dari kelelawar ke manusia melalui hewan lain.
Akan tetapi, negara-negara lain termasuk Amerika Serikat dan beberapa ilmuwan menuntut penyelidikan lebih lanjut
terkait asal muasal virus itu, terutama terhadap Institut Virologi Wuhan. Untuk sekadar diketahui, pada saat munculnya
Covid, institut tersebut sedang melakukan penelitian tentang kelelawar.
“Menemukan asal usul virus ini adalah latihan ilmiah yang harus dijauhkan dari politik. Agar itu terjadi, kami berharap
China mendukung fase proses ilmiah berikutnya dengan membagikan semua data yang relevan dengan semangat
transparansi,” kata Tedros.
Sebelumnya, memang sempat mencuat teori yang menyebut virus corona penyebab Covid-19 mungkin telah bocor dari
laboratorium di Wuhan. Namun, China menampik keras teori itu dan menganggapnya “tidak masuk akal”.
Pada Kamis (15/7/2021), Tedros mengatakan penyelidikan WHO terhambat oleh kurangnya data mentah pada hari-hari
pertama penyebaran Covid-19 di China. Menanggapi itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian
mengatakan, beberapa data memang tidak dapat disalin atau diambil dari China karena melibatkan informasi pribadi
warga.
Editor : Stefanus Dile Payong