get app
inews
Aa Text
Read Next : Sadis! Korban Tewas di Jalur Gaza, Mencapai 34.000 Jiwa

Tanah Kami hanya 1, Kisah Keluarga di Gaza Palestina Tolak Mengungsi meski Dibom Israel

Jum'at, 08 Desember 2023 | 09:10 WIB
header img
Keluarga Abu Shahla tak akan pindah dari Kota Gaza di Jalur Gaza bagian utara meski terus diserang Israel (Foto: Reuters)

GAZA, iNewsBelu.id - Seruan militer Israel agar warga Gaza meninggalkan wilayah utara untuk menghindari serangan, tak memengaruhi keluarga Abu Shahla. Mereka menetap di Kota Gaza, tak peduli dengan serangan bom dan tank pasukan Zionis. 

Keluarga Abu Shahla tetap bertahan meski pasukan Israel menggelar operasi darat di lingkungannya. Tentara dan tank-tank Israel hilir mudik di sekitar tempat tinggal mereka. Tank-tank Israel menguasai jalan-jalan kota terbesar di Jalur Gaza itu. 

Awalnya keluarga Abu Shahla, terdiri atas 20 anggota keluarga, menetap di rumah. Namun karena pengeboman terus menerus dalam serangan pada Oktober, tembok rumah nyaris ambruk. Mereka pun memutuskan pindah ke kamar apartemen milik kerabat lainnya masih di Kota Gaza. 

“Kakek-nenek saya terpaksa meninggalkan rumah dan harta benda pada 1948,” kata anggota keluarga, Amal (24), merujuk pada perisiwa Nakba yakni pengusiran sekitar 750.000 warga Palestina

Amal melanjutkan, meninggalkan rumah itu berarti pengulangan peristiwa 1948. Semua harta benda mereka ludes dan terpaksa ditinggalkan begitu saja. 

“Rasanya seperti mengulang kembali setiap hari yang kami jalani di sini, makan bersama teman-teman, menari dengan ibu, tidur dengan bayi, menangis karena hari yang buruk, belajar untuk soal-soal sekolah, berinovasi di dapur dan memasak makan malam favorit, semuanya lenyap dalam hitungan detik,” ujarnya, kepada Al Jazeera.

Meski tinggal di daerah rawan dan panas, mereka masih mendapat akses makanan dan perawatan medis. Amal menegaskan, keluarganya sepakat tak akan meninggalkan Kota Gaza apa pun yang terjadi. Bahkan jika ada kesempatan untuk pindah ke Gaza Selatan atau ke mana pun. Israel membuat zona kematian yang membelah Gata Utara dan Selatan. Siapa saja yang memintas tanpa izin akan ditembak mati.

Selain itu, kata Amal, alasan mereka menetap di Kota Gaza adalah tak ada jaminan mereka akan selamat jika mengungsi ke selatan. Pasalnya sejak gencatan senjata kemanusiaan berakhir, Israel juga membombardir Khan Younis hingga Rafah, perbatasan dengan Mesir. 
“Kami bisa bangun rumah lagi, kami akan lakukan itu. Tapi kami tidak bisa punya tanah lain yang kami sebut rumah. Kami hanya punya satu, dan itu adalah Palestina,” ujar Abu Rushdi, kakek Amal.

Saat musim dingin datang, keluarga-keluarga di Gaza menjadi lebih rentan dibandingkan sebelumnya. Meski demikian, Abu Rashdi tak gentar dan menolak menyerah. Cuaca dan suhu tidak akan membuat keluarganya beranjak. Dia mengatakan, keluarganya adalah salah satu dari banyak warga Palestina yang bersikeras untuk tetap tinggal di tanah airnya, meskipun dibayangi ketakutan.

“Mereka (Israel) memiliki lebih banyak kekuatan dan pasukan untuk terus melakukan apa yang mereka inginkan terhadap kami, namun kami punya hak untuk hidup dan menikmati hak dasar kehidupan manusia di Gaza dan seluruh Palestina setelah mimpi buruk ini berakhir,” tuturnya.

Editor : Stefanus Dile Payong

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut