GAZA, iNewsBelu.id – Jumlah korban jiwa akibat serangan udara Israel di Gaza, Palestina, pada Jumat (1/12/2023) meningkat jadi 109 orang. Data tersebut disampaikan otoritas kesehatan di Gaza, hanya beberapa jam setelah berakhirnya gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Hari ini, pesawat-pesawat tempur Israel membombardir wilayah kantong Palestina itu menyusul gagalnya perundingan untuk memperpanjang gencatan senjata antara kedua pihak. Tak hanya korban jiwa, korban luka akibat gempuran militer zionis juga terus bertambah.
Di timur Khan Younis, bagian selatan Jalur Gaza, pemboman intensif Israel menimbulkan kolom asap yang membubung ke langit. Wartawan Reuters di kota tersebut melaporkan, para warga turun ke jalan dengan barang-barang yang ditumpuk di gerobak, mengungsi mencari perlindungan lebih jauh ke barat. Sementara di bagian utara Jalur Gaza yang sebelumnya menjadi zona perang utama gumpalan asap besar tampak membubung di atas reruntuhan bangunan. Deru tembakan dan dentuman ledakan terdengar dari kawasan itu.
Di lain pihak, sirene peringatan serangan roket terdengar di seluruh Israel tatkala para pejuang Palestina melepaskan tembakan dari Gaza ke kota-kota yang diperintah zionis. Petugas medis dan saksi mata mengatakan, pemboman paling hebat oleh Israel hari ini terjadi di Khan Younis dan Rafah di bagian selatan Jalur Gaza, tempat ratusan ribu warga Gaza berlindung dari pertempuran di wilayah utara. Rumah-rumah di wilayah tengah dan utara jalur itu juga terkena dampak serangan.
“Anas, anakku!” ratap seorang ibu sambil menyebut nama putranya, Anas Anwar al-Masri. Bocah lelaki itu tampak terbaring di tandu dengan cedera kepala di koridor Rumah Sakit Nasser di Khan Younis. “Aku tidak punya siapa-siapa lagi selain kamu!” ujar sang ibu dengan nada pilu.
Lebih jauh ke selatan di Rafah, warga membawa beberapa anak kecil keluar dari rumah yang hancur. Bocah-bocah itu berlumuran darah dan debu. Warga Gaza mengatakan, mereka khawatir pemboman di bagian selatan wilayah tersebut dapat memicu perluasan perang ke wilayah yang sebelumnya dianggap aman oleh Israel.
Editor : Stefanus Dile Payong