MOSKOW, iNewsBelu.id – Ukraina dikatakan telah kehilangan 500.000 tentaranya sejak dimulainya agresi militer Rusia di negeri itu pada Februari tahun lalu. Klaim tersebut disampaikan oleh analis militer yang juga penasihat penjabat kepala dari Republik Rakyat Donetks (DPR), Yan Gagin, dalam wawancara denga kantor berita Sputnik.
Menurut dia, kerugian yang dialami Angkatan Bersenjata Ukraina antara lain dapat diperoleh dari data intelijen yang diterima pihaknya dari sumber-sumber di Ukraina. Selain itu, ada juga sumber publik yang dapat digunakan untuk memperkuat data tersebut.
“Misalnya, seminggu yang lalu... operator seluler Ukraina (MTS-Ukraina) mengunggah video online yang menyatakan bahwa sekitar 400.000 pengguna tidak akan pernah mengangkat telepon lagi,” kata Gagin seperti dikutip kantor berita Rusia itu, Kamis (14/9/2023).
Dia juga menyinggung pernyataan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg baru-baru ini. Pada waktu itu, Stoltenberg pernah ditanya apakah ada lebih dari 500.000 personel militer yang tewas di Ukraina, namun dia tidak menjawab apa pun.
“Namun (Stoltenberg) mengatakan bahwa mereka (NATO) tidak menjanjikan hal itu akan mudah. Artinya, dia membenarkan angka tersebut dengan diamnya,” ucap Gagin.
“Oleh karena itu, angka sekitar setengah juta warga Ukraina yang tewas selama konflik ini sebagai personel militer, menurut saya, mendekati kebenaran,” ujarnya.
Rusia menyebut agresi militer di Ukraina sebagai operasi militer khusus. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, operasi tersebut bertujuan untuk melindungi orang-orang etnik Rusia yang menjadi sasaran genosida oleh rezim Kiev selama delapan tahun.
Menurut Putin, tujuan akhir dari operasi tersebut adalah untuk membebaskan wilayah Donbass dan mewujudkan kondisi yang menjamin keamanan nasional Rusia.
Editor : Stefanus Dile Payong