Tidak memiliki biaya Renovasi Rumah pasca Banjir, Warga terpaksa tinggal di Reruntuhan Rumah.
Malaka,inews.id - Kisah tentang badai Flobamora belum juga sembuh dari pemikiran masyarakat NTT . meskipun banjir bandang itu telah berakhir namun masih mengisahkan duka yang mendalam bagi warga . tidak hanya kehilangan rumah namun seluruh harta benda merekapun hilang di bawa banjir.
hal ini sama seperti yang di rasakan Agustinus Nahak warga desa Motaulun bersama istri dan ke tujuh anak yang rela tinggal di rumah mereka yang nyaris roboh.ambruk nya bangunan rumah akibat terjangan banjir bandang badai seroja pada bulan april lalu.
Ketiadaan biaya untuk perbaikan rumah membuat pasangan suami istri bersama dengan anak anak terpaksa menempati rumah yang nyaris ambruk ini, tidak ada pilihan lain selain hanya pasrah karena hanya ini pilihan satu-satunya ,karena tidak ada rumah lain lagi untuk tinggal.
tidak hanya rumah namun seluruh harta benda mereka juga ambles di sapu amukan banjir saat itu.
Agustinus Nahak,mengatakan siang kami semua tinggal di rumah ini, kalau malam anak-anak dan istri terpaksa di Titipkan di rumah tetangga," kami terpaksa tinggal di rumah ini karena hanya ini sisa harta yang saat ini kami miliki,meskipun sangat mengancam jiwa. setelah makan malam bersama, istri dan anak saya titipkan di rumah tetangga " ungkapnya.
Nahak juga menambahkan rumah ini merupakan satu-satunya tempat tinggal kami, namun pasca banjir bandang lalu semua isi rumah ini rusak dan hilang akibat banjir bandang."
"saya sebagai seorang petani,lahan sawah ada tapi karena banjir makanya tidak bisa kelola lagi,kelolapun masih butuh waktu, sehingga sampai hari ini tidak bisa buat apa-apa, jenis bantuan yang dibagikan juga kadang dapat dan kadang juga tidak dapat".
Lanjut lagi anak istri sebenarnya sudah bisa tinggal dirumah ini, tapi takut tiba-tiba ada angin rumah bisa roboh dan lebih bahaya lagi makanya saya titipkan mereka ke tetangga sebelah jika malam hari." ujarnya dengan sedih .
Dikatakan Agustinus dari pemerintah sudah ambil data keluarga,tidak tahu untuk bantuan atau tidak,kami sekeluarga tetap bersyukur dan semenjak banjir itu sudah berupaya untuk perbaiki rumah tapi belum bisa,karena belum punya uang yang cukup.ujarnya".
Jadi kami hanya bisa tinggal dirumah yang miring ini, bahkan antisiapasi juga kapan rumah bisa rubuh total,dan kami juga tidak tahu kalau sudah rubuh mau tinggal dimana?
Itu nanti baru pikirkan lagi,tapi yang jelas saat ini kami masih betah dirumah ini walaupun miring total.
Editor : Stefanus Dile Payong