JAKARTA, iNewsBelu.id - Jawa Timur (Jatim) menjadi provinsi dengan angka kasus kekerasan terhadap anak terbanyak di Indonesia. Hal ini berdasarkan data dari Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI-PPA), sepanjang Januari hingga 15 Agustus 2022. Terdapat sekitar 703 kasus yang mayoritas terjadi di lingkungan satuan pendidikan berbasis agama dan asrama. Oleh karena itu, kekerasan terhadap anak menjadi masalah serius yang harus segera dituntaskan.
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) melalui Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan dan Pemuda Femmy Eka Kartika Putri didampingi oleh Asisten Deputi Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak, Imron Rosadi mendorong agar kekerasan terhadap anak segera diselesaikan saat melakukan Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) di Provinsi Jawa Timur. “Ini merupakan amanat dari Presiden yang disampaikan oleh Menko PMK dalam rangka melakukan penanganan dan perlindungan yang lebih serius terhadap kasus-kasus kekerasan terhadap anak yang terjadi selama ini, utamanya kekerasan seksual yang baru-baru ini tengah diperbincangkan,” ujar Femmy dalam keterangan yang diterima, Senin (5/9/2022).
Femmy menyampaikan bahwa Rakor di daerah sangat penting guna mendapatkan perkembangan lanjutan dari data-data dari SIMFONI-PPA. Sekaligus kembali menguatkan komitmen dan sinergitas antar lembaga terhadap penanganan kasus-kasus yang telah terjadi.
Melalui Rakorda ini Femmy juga berharap ada masukkan-masukkan dari instansi daerah dan sejumlah stakeholder terkait sebagai bahan evaluasi bagi pemerintah pusat. Lebih lanjut, Femmy menjelaskan, Kemenko PMK terus berfokus untuk melakukan peningkatan kualitas SDM sebagaimana tercantum dalam agenda prioritas nasional. Dalam hal ini, upaya yang dilakukan dalam mencapai agenda tersebut adalah dengan meningkatkan perlindungan anak dari tindak kekerasan seksual dan perlakuan sewenang-wenang lainnya terhadap anak. “Di samping penanganan kasus yang perlu terus dikawal, yang penting juga sekarang adalah perlindungan dan pencegahannya. Upaya ini diperlukan agar tidak ada lebih banyak lagi anak-anak kita yang menjadi korban, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun pergaulannya,” jelasnya. Femmy juga menyampaikan apresiasinya terhadap masyarakat Jawa Timur yang telah berani melaporkan kasus kekerasan yang menimpa mereka. “Sebab untuk membuka diri terkait kasus yang menimpa mereka bukan masalah yang mudah karena berkaitan dengan kondisi mental dan tekanan lainnya,” paparnya.
Editor : Stefanus Dile Payong