LHOKSEUMAWE - Pembongkaran puluhan nisan peninggalan Kerajaan Samuedera Pasai, menghebohkan warga setelah gambarnya beredar di media sosial. Nisan kuno tersebut, berada di Desa Blang Crum, Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe, Aceh.
Beredarnya informasi pembongkaran puluhan nisan peninggalan Kerajaan Samudera Pasai tersebut, menuai berbagai kritik. Bahkan, ada yang menyebutkan pembongkaran nisan kuno tersebut sebagai upaya menghilangkan sejarah.
Tak hanya itu, pengguna media sosial juga membandingkan penanganan puluhan nisan bersejarah peninggalan Kerajaan Samudera Pasai itu, beda dengan penanganan Kerkhoff, yakni kompleks pemakaman serdadu Belanda di Banda Aceh, yang hingga kini masih terawat dengan baik.
Namun Abdul Azis, sebagai pemilik lahan tempat ditemukannya puluhan nisan peninggalan Kerajaan Samudera Pasei tersebut, menyebut tidak ada pembongkaran nisan kuno.
"Saya tidak merusak nisan kuno itu, melainkan hanya merelokasi ke tempat yang lebih aman, sehingga mudah merawatnya" tuturnya.
Pernyataan tidak adanya pembongkaran ataupun perusakan terhadap nisan kuno, peninggalan Kerajaan Samudera Pasai tersebut,
diungkapkan Abdul Azis melalui Central Information For Samudra Pasai Heritage (Cisah), yaitu lembaga yang meneliti tentang sejarah Kerajaan Samudra Pasai.
Bahkan sebelum melakukan pemindahan nisa kuno peninggalan Kerajaan Samudera Pasai, Abdul Azis mengaku juga telah berkordinasi dengan sejumlah tokoh agama tentang tata cara pemindahan nisan. Saat dilakukan pembongkaran nisan, juga tidak ditemukan adanya kerangka manusia.
Jauh sebelum dilakukan pemindahan terhadap nisan kuno peninggalan Kerajaan Samudera Pasai, pemilik lahan telah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kota Lhokseumawe, tentang status tanah mereka yang memiliki batu nisan peninggalan sejarah, namun belum mendapatkan respons.
Wakil Ketua Lembaga Cisah, Sukarna Putra mengatakan, puluhan nisan itu diketahui sebagai peninggalan Kerajaan Samudra Pasai, karena budaya pembuatan nisan di Asia Tenggara, dahulunya dipelopori oleh Samudera Pasai, karena tidak ada kebudayaan Islam sebelum Samudera Pasai yang mebuat batu nisan.
"Selain itu, dari bentuk nisan juga terlihat jika bahan bakunya dari batu andesit. Bahkan dari lekukan nisan, juga telah disimpulkan oleh sejarawan serta para arkeolog tentang tipelogi batu nisan dari Kerajaan Samudra Pasai," pungkas Sukarna.
Editor : Stefanus Dile Payong