Cerita Babinsa Serda Assegaf, Penjaga Gerbang Pulau Terluar RI

Dile Payong
Babinsa Serda H Assegaf sudah enam tahun bertugas di Desa Oeseli, Nusa Tenggara Timur. (Foto akun Youtube TNI AD).

JAKARTA, iNews.id - Hamparan pasir putih dan air laut yang berwarna biru tua seakan-akan menjadi pemandangan alam yang menakjubkan ketika menginjakkan kaki di Desa Oeseli, Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, wilayah paling selatan Indonesia. Namun, di tengah-tengah itu ada hal penting yang berkaitan dengan pertahanan negara. 

Nelayan asing kerap kali melakukan pencurian ikan dengan cara-cara yang tak lazim dan cenderung merusak. Bom-bom ikan berbahan dasar potasium tak degan digunakan mereka untuk meraup keuntungan.

"Ada nelayan luar dan datang ke Oeseli mencari ikan menggunakan bom, menggunakan potas yang merusak alam yang ada disitu," ujar Dandim 1627/Rote Ndao Letkol Inf Educ Permadi dalam video TNI AD dikutip, Rabu (29/9/2021).

Educ tak bosan-bosannya mengingatkan kepada para Babinsa yang bertugas di Oeseli untuk terus membangun kesadaran masyarakat ihwal pentingnya menjaga pertahanan negara. Cara yang dilakukan pun cukup sederhana, yakni dengan menjaga dan merawat kondisi alam.

"Sehingga Oeseli sebagai gerbang pintu paling selatan Indonesia walaupun pulau Ndana itu tak berpenghuni tetapi ada aspek strategis yang perlu kita rawat, perlu kita jaga secara bersama," ungkapnya.

Salah satu Babinsa yang sudah bertugas selama enam tahun di Desa Oeseli adalah Serda H Assegaf. Di sana, dia dan beberapa anggota Satgas Pam Pulau Terluar rutin melakukan komunikasi sosial (Komsos) terhadap masyarakat. Mulai dari membangun taman baca hingga memberikan solusi atas krisis air dilakukan.

"Di sini (Desa Oeseli) kami berinteraksi sesuai tupoksi kami, intinya kami selalu memberi solusi kepada masyarakat," jelas dia. 

Soal nasionalisme, masyarakat Desa Oeseli tak perlu diragukan lagi kepatuhannya. Disebutkan Assegaf, mereka sudah sangat memahami apa arti dari mencintai negaranya.

Akan tetapi, agar rasa itu tidak cepat pudar, dia mengaku tak ada bosan-bosannya untuk memberi pengertian, salah satunya dengan cara pengibaran bendera Merah Putih ketika momen perayaan HUT Kemerdekaan ke-74 beberapa waktu lalu. 

"Untuk nasionalisme masyarakat paling selatan terutama di Desa Oeseli rata-rata paham. Cuma mengenai kesadaran perlu kita selalu mengingatkan mereka supaya selalu tanamkan rasa nasionalisme cinta tanah air," katanya.

"Dan itu kami buat dalam komsos kami sehari-hari. Misalnya pengibaran bendera 17 Agustus kemarin. Pada saat keluar ST dari satuan kami langsung mengimbau kalau bisa dikibarkanlah bendera, mereka mengikuti," imbuhnya.

Berkaitan dengan masalah pengerusakan alam, Assegaf mengaku sudah memberikan banyak imbauan kepada masyarakat. Dia bahkan bisa memastikan bahwasanya tak ada satupun warga daripada Desa Oeseli yang melakukan tindakan seperti itu. 

"Masyarakat disini tidak pernah saya kedapatan untuk turun ke lapangan bom ikan. Jadi rata-rata kenakanalan dari luar yang mau mencoba untuk meraup keuntungan besar, tetapi mereka tidak berpikir efek untuk ke depannya," ucapnya.

Dia menyebut masyarakat Desa Oeseli pun sudah diberi pemahaman jika melihat gerak-gerik dari nelayan asing yang mencurigakan untuk jangan segan menghubungi aparat keamanan. Pastinya laporan itu akan langsung ditindaklanjuti.  

"Kami menyampaikan kepada masyarakat kalau seandainya melihat kecurigaan nelayan luar yangmencoba mau bom ikan segera hubungi kami. Hubungi Pos Satgas Pamtas Pulau Terluar dan hubungi Kepolisian supaya kita menindaklanjuti," katanya.

Editor : Stefanus Dile Payong

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network