JAKARTA, iNewsBelu.id - Gejala cacingan pada anak-anak kembali menjadi perhatian publik setelah kasus meninggalnya Raya, bocah berusia delapan tahun di Sukabumi, Jawa Barat. Berdasarkan informasi yang beredar, Raya mengalami gizi buruk yang salah satunya dipicu oleh infeksi cacing usus.
Kasus ini menggambarkan betapa seriusnya masalah cacingan bila tidak ditangani dengan cepat, karena tidak hanya menurunkan kualitas hidup anak, tetapi juga dapat berujung pada kematian.
Mengapa Anak Rentan Cacingan?
Anak-anak adalah kelompok yang paling rentan terhadap cacingan karena pola kebersihan yang masih rendah serta kebiasaan bermain di luar rumah. Tanpa mencuci tangan dengan benar, larva atau telur cacing bisa masuk ke tubuh melalui makanan, minuman, atau tangan yang kotor.
Menurut World Health Organization (WHO, 2020), lebih dari 267 juta anak usia prasekolah dan 568 juta anak usia sekolah di seluruh dunia berisiko mengalami infeksi cacing usus.
Jenis Cacing yang Umum Menyerang Anak
Ada beberapa jenis cacing yang kerap menginfeksi anak-anak:
1. Cacing gelang (Ascaris lumbricoides) – paling sering ditemukan, dapat menyebabkan perut buncit dan gangguan pencernaan.
2. Cacing tambang (Ancylostoma duodenale, Necator americanus) – masuk melalui kulit, menyebabkan anemia karena menghisap darah di usus.
3. Cacing cambuk (Trichuris trichiura) – dapat menimbulkan diare kronis hingga prolaps rektum bila parah.
4. Cacing kremi (Enterobius vermicularis) – sering membuat anak gelisah pada malam hari karena rasa gatal di anus.
5. Gejala Cacingan pada Anak-Anak yang Harus Dikenali
6. Gejalanya bisa berbeda tergantung jenis cacing, tetapi tanda-tanda umum meliputi:
Perut buncit meski berat badan rendah.
. Nafsu makan menurun atau sebaliknya makan banyak tapi tubuh tetap kurus.
. Diare berulang atau sembelit.
. Anemia (pucat, lemah, cepat lelah).
. Gatal di sekitar anus terutama malam hari.
. Batuk kronis (pada infeksi cacing gelang yang bermigrasi ke paru).
. Gangguan konsentrasi dan prestasi belajar menurun.
Gejala-gejala ini sering dianggap sepele atau dikira masalah gizi biasa, padahal bisa menjadi tanda infeksi cacing yang serius.
Dampak Jangka Panjang Cacingan
Infeksi cacing yang tidak diobati akan mengganggu penyerapan nutrisi. Akibatnya, anak bisa mengalami stunting, keterlambatan perkembangan kognitif, hingga kerentanan terhadap penyakit lain.
Penelitian yang dimuat dalam Journal of Parasitology Research (2019) menunjukkan bahwa anak dengan infeksi cacing usus berulang lebih berisiko mengalami anemia kronis dan gangguan tumbuh kembang dibanding anak sehat.
Kasus seperti yang menimpa Raya menunjukkan bahwa cacingan bukan penyakit ringan. Jika infeksi sudah parah, komplikasi seperti penyumbatan usus, malnutrisi berat, bahkan kematian bisa terjadi.
Faktor Risiko di Indonesia
Indonesia termasuk negara dengan prevalensi tinggi kasus cacingan, terutama di daerah pedesaan dengan sanitasi buruk. Menurut data Kementerian Kesehatan RI (2022), prevalensi infeksi Soil-Transmitted Helminth (STH) pada anak usia sekolah masih berada di kisaran 20–30%. Hal ini dipicu oleh:
Kurangnya akses air bersih.
. Kebiasaan buang air besar sembarangan.
. Tidak terbiasa mencuci tangan sebelum makan.
. Bermain tanpa alas kaki di tanah.
Pencegahan yang Bisa Dilakukan
Cacingan sebenarnya bisa dicegah dengan langkah sederhana, antara lain:
. Membiasakan anak cuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah bermain.
. Memastikan anak memakai alas kaki saat di luar rumah.
. Memberikan makanan yang dimasak dengan baik dan air minum yang bersih.
. Menggunting kuku anak secara rutin agar kotoran tidak menumpuk.
. Pemberian obat cacing setiap 6 bulan sekali sesuai anjuran Kementerian Kesehatan.
. Program pemberian obat cacing massal di sekolah sebenarnya sudah berjalan, namun kesadaran orang tua tetap menjadi kunci utama dalam pencegahan.
Pengobatan Medis untuk Cacingan
Jika anak sudah menunjukkan gejala, segera periksakan ke dokter. Obat cacing seperti albendazole atau mebendazole biasanya efektif membunuh cacing dewasa. Pada infeksi berat, dokter mungkin perlu memberikan pengobatan tambahan seperti suplemen zat besi untuk mengatasi anemia.
Penting untuk tidak sembarangan memberi obat tanpa petunjuk medis,terutama pada anak di bawah usia dua tahun.
Gejala cacingan pada anak-anak sering kali dianggap sepele, padahal bisa membawa dampak serius bahkan berujung kematian seperti kasus Raya di Sukabumi. Anak yang sering mengalami perut buncit, gatal di anus, anemia, atau pertumbuhan terhambat sebaiknya segera diperiksa. Pencegahan sederhana melalui kebersihan, sanitasi, dan pemberian obat cacing berkala bisa menyelamatkan generasi muda dari bahaya infeksi ini. Orang tua, sekolah, dan pemerintah harus lebih serius dalam menangani masalah cacingan agar tidak ada lagi korban jiwa yang jatuh akibat penyakit yang sebenarnya bisa dicegah.
Editor : Stefanus Dile Payong
Artikel Terkait